NILAI SEBUAH NAMA BAGI PEREMPUAN: Upaya Berteologi dalam Konteks Ketidakadilan Gender

Abstract

Ketidakadilan gender tidak hanya tampak dalam fenomena pembagian kerja secara seksual melainkan tampak juga dalam penyebutan nama seorang perempuan yang sudah bersuami. Umumnya nama pribadi perempuan yang bersuami akan hilang digantikan dengan nama suami. Hal ini menunjukkan dalam keluarga pun terjadi pola hubungan ordinasi-subordinasi antara laki-laki dan perempuan. Masalah ini yang akan menjadi sorotan pembahasan dalam artikel ini, dengan tujuan agar kesetaraan gender dapat diciptakan yang dimulai dari unit terkecil dalam masyarakat, yaitu keluarga. Dengan menggunakan metode fenomenologi, yang berangkat dari kenyataan yang ada dan kemudian dianalisis dengan studi literatur, artikel ini memerlihatkan bahwa nama seseorang menunjuk pada pribadi. Jika nama dihilangkan dan diganti dengan nama lain, maka pribadi itu pun ikut hilang dan tergantikan berdasarkan nama yang baru. Hal ini harus diminimalisasi, jika perlu dihilangkan, dengan cara menyebut nama seorang istri berdasarkan namanya sendiri tanpa harus menggantikannya dengan nama suami. Hasil kajian menunjukkan bahwa pendidikan gender yang sudah dilakukan oleh setiap keluarga melalui hal yang kecil, terkhusus dalam menanamkan nilai nama pribadi bagi seorang perempuan sehingga ini akan menjadi kekuatan untuk menumbuhkembangkan keadilan gender dalam masyarakat.