REINTERPRETASI KHALQ AL-QURAN DALAM PENGEMBANGAN PRAGMATIKA LINGUISTIK
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk menghidupkan kembali pragmatika linguistik yang telah meredup dalam pranata tafsir yang ada selama ini. Dewasa ini, penelitian dan metode bahasa telah menjadi paradigma dominan di dunia filsafat saat ini. Sayangnya, instrumen dan metodologi keislaman tertinggal jauh dari diskursus kebahasaan saat ini. Dengan merevitalisasi perdebatan Khalq Al-Quran antara Muktazilah dan Asyairah, penelitian ini diharapakan mampu memberikan pemahaman dan pemaknaan baru tentang karakteristik Al-Quran yang selanjutnya mampu mengembangkan pranata tafsir yang mampu relevan dengan kontekstualitas saat ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gagasan Muktazilah tentang Khalq Al-Quran berdasar pada profanitas bahasa, yang juga termasuk bahasa Al-Quran. Bahasa dibentuk oleh konvensi manusia yang berimplikasi kepada pengaruh aspek budaya, ideologi dan politik serta dimensi humanis lainnya. Dengan demikian, Al-Quran mampu diolah dan dieksplorasi secara rasional dengan piranti humanitas yang dimiliki manusia. Asyairah di sisi lain memandang faktor kebahasaan yang ada dalam Al-Quran; makna dan teks. Makna bersifat azali, dalam pengertian yang lebih elastis, bersifat universal dan dinamis. Adapun teks, bersifat temporal yang terikat dalam ruang dan waktu. Teks dengan demikian perlu mendapatkan dukungan dari kontekstualitas ruang dan waktu, sedangkan makna akan selalu abadi dan relevan dengan problematika umat Islam. Kata Kunci: Al-Quran, Muktazilah dan Asyairah