STUDI KRITIS TERHADAP IDE KHALED ABOU AL- FADL DALAM SPEAKING IN GOD’S NAME

Abstract

Penulisan artikel ini dilatarbelakangi adanya pemikiran Khaled Abou el-Fadl yang menjadi kontrovesi di belahan dunia Islam. Abou el-Fadl banyak membincang tentang ide munculnya komunitas mufassir. Tujuan penulisan ini mengungkap lebih lanjut tentang asal-usul munculnya pemegang otoritas makna al-Qur’an atau kemudian populer dengan istilah komunitas mufassir dengan mengungkap gagasan yang ada di balik tulisan Khaled Abou El-Fadl dalam sebuah karyanya yang berjudul Speaking in God ‘s Name: Islamic Law, Authority, and Women. Secara berturut-turut akan dibahas tentang potret hidup khaled, profi karya Speaking in God ‘s Name, manusia sebagai khalifah, otoritas dan otoritarianisme, mufassir sebagai pemegang otoritas makna al-Qur’an. Hasil dari penulisan artikel ini adalah manusia sebagai khalifah idealnya mampu menafsirkan dalam upaya membreakdown kehendak, keinginan, aturan, ataupun instruksi Allah yang telah terangkum dalam kitab suciNya, al-Qur’an, untuk memakmurkan penghuni seluruh alam semesta. Kenyataannya sebagian manusia tidak mempunyai kemampuan ataupun kesempatan untuk melaksanakan tugas penafsiran tersebut sehingga sebagian manusia melimpahkan tugas dan wewenang ini pada sebagian manusia yang lain yang dianggap expert karena memiliki kompetensi di bidang ini yakni mufassir. Sebagian manusia yang melimpahkan tugas dan wewenang percaya dan yakin jika mufassir yang menerima limpahan telah memenuhi kejujuran (honesty), kesungguhan (diligence), pengendalian diri (self restraint), kemenyeluruhan (comprehensiveness), rasionalitas (reasonableness).