AL-QUR’AN DAN TAFSIR DI PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mencari solusi atas kegelisahan prodiTafsir Hadis dalam menghadapi masalah pertemuan dengan sainsdan teknologi yang memunculkan permasalahan-permasalahansosial-kultural menjadi agenda yang harus dipikirkan dan dicarijalan keluarnya sehingga peran prodi ini tidak terus-menerusdipertanyakan. Sering dibahas bahwa ketidakberdayaan prodiTafsir Hadis menghadapi permasalahan tersebut adalah disebabkanstruktur keilmuan kurikulum Tafsir Hadis yang senyatanya kurangakomodatif dan akseptabel terhadap perkembangan sains danteknologi. Keilmuan kurikulum prodi Tafsir Hadis masih bersifatnormatif sedangkan permasalahan sosial-kultural yang munculmenuntut solusi yang berujung praktis. Selama ini, pendekatanProdi Tafsir Hadis hanya hanya pada ulu>mul Hadi>s, ulu>m alqur‘an, asba>b an-nuzu>l, asba>b al-wuru>d, dan lainnya. Sehinggamasih asing dengan sosiologi, politik, linguistik, fiika, kimia,biologi, dan lainnya.Oleh karena itu, atas dasar kerangka relasiagama dan sains maka rekonstruksi keilmuan Tafsir-Hadis harusmulai ditinjau ulang apakah tetap mempertahankan hubunganpertentangan (conflct), pemisahan (independence), denganberbagai kelemahannya atau beralih ke hubungan yang bersifatperbincangan (dialogue) dan perpaduan (integration), yangini membutuhkan penyiapan berbagai perangkat yang ada didalamnya. Ada dua pendekatan yang ditawarkan Barbour, yaitu:mengintegrasikan agama dan sains melalui jalur bahwa datailmiah meneguhkan adanya Tuhan; dan mengintegrasikan agamadan sains melalui keyakinan agama diuji sebagai pembuktiankesesuaiannya dengan sains.