Pemikiran Muhammad Syahrur

Abstract

Dinamika kajian al-Qur’an sepertinya memang tidak akan pernah mengalami kejumudan. Dari masa ke masa selalu saja ada yang baru seputar kajian al-Qur’an ini. Hal itu tidak terlepas dari faktor sosiokultural dan sosiopolitis yang mengikat para mufassir yang menginterpretasikan al-Qur’an pada masanya.Selain itu latar belakang (pendidikan) para penafsir tentu sangat mempengaruhi model dan corak penafsiran mereka. Seorang faqih misalnya, akan menafsirkan al-Qur’an dengan coraknya yang bernuansa hukum. Begitu pula seorang filsuf, sufi maupun pakar linguistik. Adalah Muhammad Syahrur, seorang intelektual Muslim asal Syria yang mencoba menawarkan teori batas (limit/ hudud) dalam memahami al-Qur’an. Terma limit (hudud) yang digunakan Syahrur mengacu pada pengertian “batas-batas ketentuan Allah yang tidak boleh dilanggar, tapi di dalamnya terdapat wilayah ijtihad yang bersifat dinamis, fleksibel, dan elastis. Metode yang ia tawarkan tidak terlepas dari latar belakang ilmu yang ia pelajari dan ia kuasai, yaitu linguistik dan sains.