Analisis Gemma Tulud Cruz tentang Teologi Bertahan Hidup di tengah Pandemi: Perspektif Teologi Asia

Abstract

Abstract: Surviving under challenging situations and suffering is a natural act for someone who has hope. Because if not, then suicide is the chosen path. The Covid-19 pandemic to date has caused suffering for humans in all aspects throughout the world, predominantly in Asian countries. The question of how to deal with suffering and the implementation of salvation today is relevant for discussion. This article aims to reveal the particular way Asian people, according to Gemma Tulud Cruz's perspective in deal with suffering. The method used is qualitative exploratory with a focus on disclosing the thoughts of Gemma Tulud Cruz. The results show that Asian ways to survive are silence, humor, laughter, community storytelling, singing, and dancing. This can apply to a community that not bound by religion, ethnicity, and race. Of course, the main thing is faith and hope in the person of Jesus. This characteristic can be correlated with the context of survival in Indonesia in the face of suffering due to the COVID-19 pandemic.Abstrak: Bertahan hidup dalam situasi sulit dan penderitaan adalah tindakan wajar yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki pengharapan. Sebab jika tidak, maka bunuh diri adalah jalan yang dipilih. Pandemi covid-19 hingga saat ini melahirkan penderitaan bagi manusia dalam segala aspek di seluruh dunia, khususnya negara-negara Asia. Pertanyaan bagaimana menghadapi penderitaan itu dan implementasi keselamatan di masa kini menjadi relevan untuk didiskusikan. Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan cara khusus orang Asia menurut perspektif Gemma Tulud Cruz dalam menghadapi penderitaan. Metode yang digunakan adalah kualitatif eksploratif dengan fokus pengungkapan pemikiran Gemma Tulud Cruz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekhususan dari cara orang Asia untuk bertahan hidup adalah dengan berdiam, humor dan tertawa, bercerita dalam komunitas, bernyanyi dan menari. Hal tersebut dilakukan dalam komunitas yang tidak tersekat agama, suku, dan ras. Tentu yang utama adalah iman dan pengharapan kepada pribadi Yesus. Ciri khas ini dapat dikorelasikan dengan konteks bertahan hidup di Indonesia dalam menghadapi penderitaan akibat pandemi covid-19.