Analisis Fenomenologi Perilaku Komunikasi Etnis Tionghoa Di Kota Batam

Abstract

AbstrakAdaptasi dalam berinteraksi antar etnis menjadi suatu keharusan di kota yang heterogen dan multi etnis seperti Kota Batam. Upaya menjalin komunikasi antar etnis yang efektif dapat mendorong keharmonisan hubungan suatu masyarakat. Masyarakat etnis Tionghoa di Kota Batam masih memiliki stigma sebagai etnis pendatang, meskipun mereka sudah lama hidup di Indonesia. Catatan sejarah membuktikan bahwa hubungan antara etnis Tionghoa dengan berbagai etnis lain di Indonesia sudah terjalin sejak lama dan memberikan kontribusi yang cukup penting dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat khususnya di kota Batam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena perilaku komunikasi (verbal dan non verbal) antara etnis Tionghoa dengan etnis lainnya di kota Batam, serta perilaku komunikasi antar etnisnya. Pendekatan penelitian kualitatif interaktif dengan analisis fenomenologi dengan objek penelitian di lingkungan organisasi PSMTI dan BMTI kota Batam. Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku komunikasi verbal antar pribadi masyarakat etnis Tionghoa di dalam lingkungan keluarga pada umumnya banyak menggunakan bahasa etnis masing-masing suku. Sementara penggunaan bahasa Indonesia digunakan untuk pendidikan anak serta sebagai pelengkap dan substitusi beberapa konteks bahasa yang tidak ditemukan padanannya dalam bahasa etnis. Di lingkungan organisasi baik PSMTI maupun BMTI, penggunaan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis menjadi secara lebih dominan. Berbagai bentuk komunikasi non verbal masyarakat etnis Tionghoa, antara lain meliputi penggunaan simbol warna merah, artefak berupa bangunan rumah ibadah dan patung, bahasa tubuh seperti gerakan mengepalkan kedua tangan serta bentuk komunikasi non verbal lainnya. AbstractAdaptation in inter-ethnic interactions is a necessity in a heterogeneous and multi-ethnic city such as Batam City. Efforts to establish effective inter-ethnic communication can promote harmonious relations in a society. The Chinese ethnic community in Batam City still has the stigma of being an ethnic immigrant, even though they have lived in Indonesia for a long time. Historical records prove that the relationship between the Chinese ethnic group and various other ethnicities in Indonesia has been established for a long time and has made quite an important contribution to the social and economic life of the community, especially in the city of Batam. This study aims to determine the phenomenon of communication behavior (verbal and non-verbal) between ethnic Chinese and other ethnic groups in Batam city, as well as communication behavior between ethnic groups. An interactive qualitative research approach with phenomenological analysis with the object of research in the PSMTI and BMTI organizations in Batam City. The results showed that the interpersonal verbal communication behavior of the Chinese ethnic community in the family environment generally uses the ethnic languages of each tribe. Meanwhile, the use of Indonesian is used for children's education as well as as a complement and substitute for several language contexts where no equivalent is found in ethnic languages. In both PSMTI and BMTI organizations, the use of Indonesian both orally and in writing is becoming more dominant. Various forms of non-verbal communication for the Chinese ethnic community include the use of red symbols, artifacts in the form of houses of worship and statues, body language such as clenching fists and other forms of non-verbal communication.