Mengatasi Anak Tantrum Dengan Media Melukis Pada Masa Pandemi

Abstract

Temper trantum merupakan suatu bentuk luapan emosi yang tidak terkontrol pada anak. Masih Banyak di Indonesia orangtua belum  mengenal istilah ini, namun sangat akrab dengan perilaku yang ditunjukkan anak saat mengalami temper tantrum seperti menangis keras-keras, berteriak, menjerit, memukul, menggigit, mencubit, menendang, serta melempar badan ke lantai. Covid-19 telah resmi menjadi pandemi di Dunia. Sejak di tetapkannya pandemi ini banyak sekali aktivitas yang berubah mulai dari pekerjaan,  sekolah bahkan kehidupan sehari-hari pun berubah. Kegiatan yang dilakukan di rumah saja berdampak cukup besar kepada siswa, diantaranya adalah mereka harus belajar dari rumah. Belajar dari rumah secara Daring membuat siswa harus beradaptasi secara ekstrim perubahan gaya belajar mereka. Hal ini menimbulkan kecemasan pada siswa, karena mereka tidak bisa bersosialiasai dan bermain bersama teman seperti biasa, berkurangnya bimbingan dari guru, orang tua yang kurang mampu memberikan bimbingan belajar, membuat siswa panik karena takut tidak dapat pencapai target belajar mereka sebelumnya. Anak usia dini merupakan anak yang baru belajar mengenal dirinya sendiri, termasuk sosial emosionalnya. Pada masa ini pula anak-anak baru mengenal perasaan senang, sedih, marah, kecewa dan sebagainya.  anak usia dini masih belum mampu mengelola dan mengekspresikan emosinya secara wajar. Konselor dalam sesi konseling harus memiliki berbagai cara keterampilan untuk membantu mengungkap permasalahan ataupun keinginan konseli, salah satu cara mengungkap permasalahan konseli dapat dilakukan menggunakan lukisan. Lukisan sangat tepat untuk mengepresikan berbagai hal yang sulit diungkapkan konseli secara verbal maupun tulisan Konseling yang baik adalah dengan seni, karena lebih selaras dengan humaniora dibandingkan dengan ilmu pengetahuan (Hansen, 2012). Pendekatan penelitian ini menggunakan metode Observasi dan tindakan orang tua. Pada penelitian ini subyek menangis karena tidak ingin mengerjakan PR BDRnya daningin bermain dengan memandikan ayamnya, akan tetapi orangtuanya mencegahnya sehingga ia menangis dan melempar-lempar barang yang ada di sekitarnya. Dalam penelitian ini konseling memberikan terapi Melukis Pada subyek dan subyek merespon dengan baik.