Hubungan Layanan Bimbingan Konseling Dengan Kesehatan Mental Siswa Dalam Membentuk Pribadi Anti Radikalisme

Abstract

Anti-radicalism behavior between religious communities in the school environment, in an effort to maintain a healthy mentality, require assistance from all school members, especially counseling guidance teachers. The objectives of this study: (1) Knowing how student guidance and counseling services, (2) Knowing how the reflection of students 'anti-radicalism behavior (3) Knowing the extent of the relationship between guidance and counseling services with students' mental health in forming a person who is anti-radicalism (4) Knowing the extent to which differences in the effectiveness of guidance services and in forming students' personal anti-radicalism. This research uses quantitative methods. The research subjects were population, all students of class XI at SMAN 1 Jatitujuh and SMKN 1 Kuningan, the sample used refers to the statement of Franken and Wallen (1993: 92). The results of this study: (1) Counseling Guidance Service at SMKN1 Kuningan is in the percentage of 84% for the high category and 16% for the very high category and SMAN 1 Jatitujuh obtained 64% for the high category and 36% for the very high category. (2) The reflection of healthy behavior or mental health at SMKN 1 Kuningan is 88% or as many as 44 students of a total of 50 students are in the very high category and 6 students or 12% are in the high category. Meanwhile, at SMAN 1 Jatitujuh, it was obtained 92% in the very high category and only 8% in the high category. (3) Based on the correlation analysis carried out, the two schools showed positive results, it was true that there was a relationship between counseling guidance services and mental health. (4) In terms of the effectiveness of SMAN 1 Jatitujuh better than SMKN 1 Kuningan, the correlation value was 0.435 versus 0.388 Abstrak Perilaku terhadap radikalisme antar umat beragama di lingkungan sekolah, dalam usaha menjaga mental yang sehat, diperlukan bantuan dari seluruh warga sekolah, lebih khususnya pada guru bimbingan konseling. Tujuan dalam penelitian ini: (1) Mengetahui bagaimana layanan bimbingan dan konseling siswa, (2) Mengetahui bagaimana cerminan perilaku anti radikalisme siswa (3) Mengetahui sejauh mana hubungan antara layanan bimbingan dan konseling dengan kesehatan mental siswa dalam membentuk pribadi yang anti terhadap radikalisme (4) Mengetahui sejauh mana perbedaan efektifitas layanan bimbingan dan dalam membentuk pribadi siswa yang anti terhadap radikalisme. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Subyek penelitian berupa populasi, seluruh siswa kelas XI di SMAN 1 Jatitujuh dan SMKN 1 Kuningan, sampel yang digunakan merujuk pernyataan Franken dan Wallen (1993: 92). Hasil penelitian ini: (1) Layanan Bimbingan Konseling di SMKN1 Kuningan berada dalam prosentase 84% untuk kategori tinggi dan 16% sangat tinggi. Sementara di SMAN 1 Jatitujuh diperoleh 64% untuk kategori tinggi dan 36% untuk kategori sangat tinggi. (2) Cerminan perilakuatau mental yang sehat di SMKN 1 Kuningan yaitu 88% atau sebanyak 44 siswa dari total keseluruhan 50 orang siswa berada dalam kategori sangat tinggi dan 6 orang siswa atau 12 % dalam kategori tinggi. Sementara di SMAN 1 Jatitujuh diperoleh 92% dalam kategori sangat tinggi dan hanya 8% untuk kategori tinggi. (3) Berdasarkan analisis korelasi yang dilakukan, kedua sekolah tersebut menunjukan hasil yang positif, benar adanya terdapat hubungan antara layanan bimbingan konseling dengan kesehatan mental. (4) Dalam hal efektifitas SMAN 1 Jatitujuh lebih baik dari SMKN 1 Kuningan, nilai korelasi 0,435 berbanding 0,388.