Strategi Guru Madrasah Diniyah Takmiliyah Dalam Penanaman Shalat Lima Waktu Pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Sindang Kabupaten Indramayu

Abstract

Madrasah Diniyah is a non-formal educational institution that provides Islamic religious education to broaden students' insights. Not all children's needs related to religion can be fulfilled at school even though the school hours at SD have now been increased from 2 hours to 4 hours. The awareness of the five daily prayers cannot be maximized if only implemented in schools. This requires the support of parents to support this. By enrolling children in Madrasah Diniyah is the right choice to support children having awareness of the five daily prayers. Based on the background of the above problems, the authors conducted the research with the aim of: 1). Describing the strategy of madrasah teachers in planting five daily prayers at Madrasah Diniyah Sindang, Indramayu Regency? and 2). Describe the implementation of planting five daily prayers at Madrasah Diniyah Diniyah Sindang, Indramayu Regency? 3). Describe the inhibiting and supporting factors for planting five daily prayers at Madrasah Diniyah Sindang, Indramayu Regency? This research method is field research with research subjects Ustadz / Ustadzah at Madrasah Diniyah Takmiliyah Sunan Songo. The data collection used by interview, observation, and documentation techniques. The results of this study are as follows: (1) the strategy of the Madrasah Diniyah Takmiliyah sindang teacher in Indramayu district in planting the five daily prayers is the indirect strategy. The methods are like lectures, advice, prayer is like eating, sin, the story of the Prophet, and exemplary; (2) The implementation is divided into three, namely students have extensive knowledge about the five daily prayers, students feel the need to perform the five daily prayers, and students obey the five daily prayers at the beginning of the time; and (3) supporting factors such as support and public awareness of the five daily prayers and its inhibiting factors such as the increasingly complex challenges of globalization and lack of communication during the Covid-19 pandemic. Abstrak Madrasah diniyah merupakan lembaga pendidikan non-formal yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam untuk menambah wawasan bagi siswa. Tidak semua kebutuhan anak berkaitan dengan keagamaan dapat terpenuhi di sekolah walaupun jam pelajaran di SD sekarang sudah ditambah yang awalnya 2 jam menjadi 4 jam. Kesadaran shalat lima waktu tidak bisa maksimal jika hanya diterapkan disekolah. Hal ini perlu dukungan orang tua siswa untuk mendukung hal tersebut. Dengan memasukkan anak ke Madrasah diniyah adalah pilihan yang tepat untuk mendukung anak memiliki kesadaran shalat lima waktu. Berdasarkan latarbelakang masalah diatas penulis melakukan penelitian dengan tujuan: 1). Mendeskripsikan strategi guru madrasah dalam penanaman shalat lima waktu pada Madrasah Diniyah Sindang Kabupaten Indramayu? Dan 2). Mendeskripsikan implementasi penanaman shalat lima waktu pada Madrasah Diniyah Diniyah Sindang Kabupaten Indramayu? 3). Mendeskripsikan faktor penghambat dan pendukung penanaman shalat lima waktu pada Madrasah Diniyah Sindang Kabupaten Indramayu? Metode penelitian ini adalah field research dengan subjek penelitian Ustadz atau Ustadzah pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Sunan Songo. Adapun pengumpulan data yang digunakan dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini sebagai berikut: (1) strategi guru Madrasah Diniyah Takmiliyah Sindang Kabupaten Indramayu dalam penanaman shalat lima waktu ialah indirect strategy. Adapun metodenya seperti ceramah, nasihat, shalat ibarat makan, dosa, kisah Nabi, dan keteladanan; (2) Implementasinya dibagi menjadi tiga, yaitu siswa mempunyai pengetahuan luas mengenai shalat lima waktu, siswa merasa butuh untuk melaksanakan shalat lima waktu, dan siswa taat melaksanakan shalat lima waktu di awal waktu; dan (3) faktor pendukungnya seperti dukungan dam kesadaran masyarakat mengenai shalat lima waktu dan faktor penghambatnya seperti tantangan globalisasi yang semakin kompleks dan kurangnya komunikasi di masa pandemi covid-19.