SIKAP KRISTEN DALAM ARENA POLITIK

Abstract

Manusia diberi kuasa atas ciptaan. Allah berfirman kepada manusia pertama: "Penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi" (Kej.1:28). Kuasa menjadi sebagian struktur ciptaan. Allah melihatnya, "sungguh amat baik" (Kej.1:31). Manusia, seperti seluruh ciptaan, hidup di bawah kuasa Allah.Tetapi manusia, berbeda dengan ciptaan lain, juga diberi kuasa sebagai subyek.Ia berkuasa atas makhluk yang lain. Pelaksanaan kuasa manusia atas manusia yang lain juga merupakan sebagian aturan kehidupan yang ditentukan Allah. "Tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah" (Roma 13:1). Orang Kristen boleh berpolitik;ia boleh berkuasa.  Orang Kristen berpolitik bukan untuk menghapuskan kuasa, tetapi untuk berusaha supaya kuasa dapat dipakai untuk tujuan yang benar dan adil. Orang Kristen perlu belajar bagaimana menghubungkan moralitas dengan kuasa supaya ia berhasil memperbaiki masyarakat. Sikap politik Yesus itu menjadi dasar bagi keterlibatan gereja dalam politik.Jelas, gereja bukanlah lembaga politik. Gereja tidak menyamakan diri dengan sebuah partai politik. Gereja tidak menganjurkan umatnya memilih partai tertentu. Akan tetapi, gereja melakukan pendidikan politik. Salah satu bidang Pendidikan Agama Kristen (PAK) Orang Dewasa adalah pendidikan politik melalui khotbah, buku, pemahaman Alkitab, dan yang lainnya. Itu bukan berarti bahwa kita menjadi anggota suatu partai, melainkan bahwa kita mempunyai kesadaran politik. Kita bukan bersikap masa bodoh, melainkan mengkritisi keadaan dengan cara setiap hari membaca fakta dan opini di surat kabar. Kristus adalah Tuhan atas diri kita sebagai individu dan juga atas diri kitasebagai bangsa dan Negara. Oleh sebab itu, kita turut berpartisipasi dalam menentukan warna keyakinan dan kebijakan mengatur Negara. Salah satu cara partisipasi itu adalah ikut pemilu dan pilkada. Dengan ikut politik, orang percaya ikut menentukan nasib hari depan masyarakat sebab suara setiap orang percaya yang berhak ikut dalam demokrasi politk akan ikut dihitung. Di situlah orang percaya bisa memilih pemimpin yang bersih, gesit, cakap, kreatif, produktif, berintegritas dan dapat dipercaya, serta adil terhadap semua golongan etnik atau agama. Dengan partisipasi itu orang percaya sedang bersikap politis yang alkitabiah. Politik yang alkitabiah adalah suatu upaya dan proses sadar untuk memahami dan memaknai realitas politik dari cara pandang dan pola pikir Alkitab. Sebagai orang percaya yang mau atau sudah terjun dalam dunia politik agar hidup sesuai kebenaran firman Tuhan. Lakukanlah yang baik dan berkenan kepada Tuhan, bersikaplah jujur dan miliki integritas sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, berani menanggung resiko dari prinsip kebenaran yang dipegang teguh, dan menolak dosa dan tawaran duniawi. Berpolitik bukan berarti boleh kompromi dengan dosa atau hal-hal yang tidak berkenan kepada Allah. Dalam berpolitik semua orang percaya harus mengedepankan prinsip firman Tuhan supaya tidak terjadi hasil keputusan yang bertentangan dengan isi firman Tuhan. Mazmur 37:27 berkata: “Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya.” Kalau engkau setia dan taat kepada firman-Nya dan melakukan dengan sungguh-sungguh apa yang dikehendaki Tuhan dalam hidupmu, maka engkau akan diangkat Tuhan kepada posisi yang terbaik sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupanmu. Politik itu bersih di tangan orang yang bersih hati dan sikapnya, tetapi kotor di tangan orang yang jahat. Ingatlah akan penderitaan sesamamu dan lakukanlah yang terbaik untuk kebaikan semua tanpa mengabaikan kebenaran iman Kristiani.