PELAYANAN PASTORAL BAGI ISTRI YANG BERDUKA DAN SIGNIFIKANSINYA TERHADAP PROSES PENEMUAN MAKNA HIDUP JEMAAT GEREJA KRISTEN JAWA KISMOREJO KARANGANYAR

Abstract

Pelayanan pastoral merupakan pelayanan penggembalaan dan pendampingan kepada jemaat yang didalamnya ada kegiatan kemitraan, bahu-membahu, menemani, dan berbagi dengan tujuan saling menumbuhkan, menguatkan dan mendukung. Demikian halnya pelayanan pastoral kepada orang yang berduka seharusnya berisikan kegiatan-kegiatan di atas. Melalui kegiatan bahu-membahu, menemani atau berbagi tersebut, diharapkan jemaat yang berduka dapat bertumbuh secara rohani. Dengan pertumbuhan rohani yang baik, jemaat yang berduka diharapkan bisa menemukan arti hidup melalui penderitaan atau krisis yang sedang dihadapinya. Hal itu bisa dicapai bukan hanya melalui kunjungan pada saat ibadah penghiburan saja, tetapi bisa melalui percakapan pastoral dan kunjungan yang rutin. Percakapan pastoral meski singkat atau biasa namun bila dikerjakan dalam kesungguhan dan ketulusan, akan membantu jemaat yang berduka untuk mengungkapkan persoalan-persoalan yang muncul akibat kehilangan yang dideritanya. Para pelayan Tuhan dapat melihat fakta-fakta yang dialami dan dihadapi jemaatnya yang berduka sehingga bisa memberikan pertolongan yang tepat sasaran. Kunjungan rutin dapat menguatkan dan menghibur jemaat sehingga tidak merasa sendiri. Selain itu dalam kunjungan rutin juga bisa dilakukan percakapan pastoral yang mendalam. Pola pelayanan pastoral dengan cara memberikan bantuan praktis berkaitan dengan persiapan penguburan, pelayanan doa dan pemberitaan Firman di kebaktian penghiburan dan pemakaman tidaklah salah hanya saja kurang efektif. Pola pelayanan seperti ini kurang bisa menyentuh dan menyelesaikan perasaan-perasaan problematis akibat kedukaan. Berdasarkan penelitian Penulis, adanya ketidakefektifan pelayanan pastoral dapat terjadi karena kurangnya pemahaman tentang hakekat pelayanan pastoral di antara pelayan Tuhan. Berhubung kurangnya pemahaman tersebut maka mereka tidak memprioritaskan waktu untuk melakukan bentuk pelayanan pastoral yang lain (seperti kunjungan, telepon dan percakapan pastoral), ditambah lagi dengan banyaknya kegiatan gerejawi yang menyita banyak waktu. Bila kendala ini tidak dicarikan jalan keluarnya atau diselesaikan, maka pelayanan pastoral akan sulit untuk menyentuh kehidupan pribadi jemaat.