Analisis Interaksionisme Simbolik Tradisi Sam Sip Pu pada Perayaan Imlek di Pulau Bangka
Abstract
Sam Sip Pu merupakan tradisi dalam menyambut Imlek dengan melaks anakan sembahyang baik itu di rumah ataupun di tempat ibadah. Dalam proses pemilihan persembahan dan perlengkapan yang akan disediakan pada saat sembah yang semua berdasarkan hasil pemaknaan dari masing-masing keluarga terhadap persembahan ataupun alat-alat yang akan digunakan. Latar belakang penelitian tradisi Sam Sip Pu ini adalah simbol-simbol yang digunakan dalam persembahan dan perlengkapan serta pemaknaan terhadap persembahan dan perlengkapan dalam perayaan tradisi Sam Sip Pu di Pulau Bangka. Desain penelitian menggunakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan verstehen. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang berasal dari wawancara terhadap tokoh agama dan masyarakat Tionghoa yang melakukan Tradisi Sam Sip Pu di Pulau Bangka. Sedangkan data sekunder didapat melalui jurnal penelitian, penelitian terdahulu, buku, atau dokumen. Simbol-simbol yang ada pada tradisi Sam Sip Pu itu berupa perlengkapan untuk makanan seperti buah-buahan, kue, Sam Sang, teh, arak, lilin, garu, Kim Ci, dan NyunCi. Pemaknaan perlengkapan seperti Lilin dan Garu melambangkan media menyampaikan doa, Kim Ci melambangkan uang kepada dewa, Nyun Ci melambangkan uang kepada leluhur, barang-barang duplikat (pakaian, uang, dan lain-lain) melambangkan penghormatan, kotak pengantar (hun be) melambangkan pengiriman. Menurut interaksi interaksionisme simbolik Blumer, pertama simbol-simbol yang ada pada tradisi Sam Sip Pu digunakan secara terus-menerus dan memiliki makna, kedua, pengetahuan terhadap makna tersebut bukan hanya dimiliki oleh satu atau dua kelompok saja, tapi pengetahuan tersebut dimiliki oleh masyarakat Tionghoa, ketiga, bisa dilihat dari bagaimana masyarakat Tionghoa mencari alternatif pada saat melaksanakan tradisi Sam Sip Pu seperti penggunaan simbol dan makna yang disematkan pada persembahan, contohnya tahu.