JUAL BELI ONLINE DI MASA PANDEMI COVID-19 DALAM PERSPEKTIF FIKIH MUAMALAH
Abstract
Jual beli online, di dalamnya, ada praktik wakalah, seller mewakilkan kepada reseller. Ada praktik ijarah, seller menyewa reseller untuk memasarkan barang dagangannya. Ada praktik ju’alah, seller mengumumkan (sayembara) kepada para reseller untuk berlomba-lomba memasarkan barangnya dengan bonus atau imbalan tertentu. Namun dalam kajian ini yang menjadikan penekanannya adalah akad jual belinya kepada para konsumen, bukan seller ke reseller, sehingga dengan demikian, jual beli online ini jika dilihat dalam perspektif fikih mu’amalah dapat dikategorikan sebagai akad jual beli yang sah, jika barang yang ditawarkan itu memang sudah ada. Akan tetapi jika barang belum ada, melainkan hanya gambar dan barangnya belum berwujud (belum dibuat), maka hal itu dikategorikan sebagai akad salam yang sah. Itupun jika ra’sul mal (uangnya) dibayar di awal, bukan sistem pembayaran di rumah (COD), namun jika dibayar di rumah, maka akad salam semacam ini, menurut para ulama fikih, tidak sah.