AL-WA’IYYAT AL-KHAMS SEBAGAI COUNTER NARRATIVE TERORISME PESANTREN DI NURUL JADID
Abstract
Tulisan ini mendiskusikan tentang konsep panca kesadaran santri yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul Jadid sebagai narasi teologis yang diterapkan di pondok pesantren Nurul Jadid dalam mengajarkan perdamaian, termasuk juga potensi pesantren dalam mengajarkan counter-narrative terorisme dan juga sebagai alternatif solusi dalam upaya menanggulangi penyebaran radikalisme. Secara garis besar, pemikiran radikal yang berbuntut pada tindakan terorisme merupakan ideologi yang salah akan tetapi dianggap benar karena menggunakan dalil-dalil al-Quran untuk melegitimasikannya. Meskipun sebenarnya tak sedikit upaya deradikalisasi terorisme telah banyak dilakukan untuk memberangus aksi tindakan keji ini, penulis mengemukakan konsep pemikiran pendiri pondok pesantren Nurul Jadid sebagai kontra narasi tumbuhnya radikalisme di pesantren maupun sebagai solusi alternatif terhadap masyarakat yang terjangkit pemikiran ini. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari dokumen pesantren maupun literasi yang berkaitan dengan radikalisme. Hasil yang didapat dari penelitian yang penulis lakukan adalah bahwa metode, praktik dan budaya pesantren melalui narasi teologisnya mengajarkan perdamaian, termasuk dalam mengajarkan counter-narrative terorisme. Salah satunya adalah panca kesadaran (al-Wa’iyyat al-Khams) yang diterapkan di pondok pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. Pemikiran KH. Zaini Mun’im tentang konsep panca kesadaran santri yakni : kesadaran beragama, kesadaran berilmu, kesadaran bermasyarakat, kesadaran berbangsa dan bernegara, kesadaran berorganisasi. Kelima konsep tersebut mudah dipahami dan hal ini pula merupakan kegiatan manusia disetiap harinya.