Motif Pelestarian Budaya Mandi Safar Masyarakat Desa Momo Kecamatan Mamosalato Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah
Abstract
Kepercayaan mengenai perkara sial atau bala pada suatu hari, bulan dan tempat itu sesungguhnya merupakan kepercayaan orang Jahiliyah sebelum kedatangan Islam, Islam sendiri tidak mengajarkan demikian, namun karena Islam merupakan agama yang toleran dengan konteks sosial budaya masyarakat penganutnya, maka selama ini tidak bertentangan dengan kaidah ajaran Islam, hal tersebut boleh saja dilaksanakan, begitu juga dengan suatu amalan-amalan yang sering dilaksanakan oleh beberapa masyarakat yang melaksanakan mandi safar, tidakterdapat keistimewaan atau kesialan dibulam itu, kepercayaan akan kesialan di bulan safar sudah ada pada bangsa Arab Jahiliyah, faktor yang mendasari sebagian masyarakat di Desa momo mempercayai dan melaksanakan tradisi mandi pada hari rabu terakhir bulan safar diyakini oleh masyarakat pada sebuah dalil yang diajarkan oleh seorang alim’Ulama dari Makassar yang bernama Daeng Patippe sehingga menjadi sugesti masyarakat dari tindakan atau perilaku, tradisi tersebut diwariskan turun temurun hingga sekarang dan adapun tujuan masyarakat melaksanakan ini agar memperoleh keselamatan dan terhindar dari kesialan.