KAJIAN TENTANG HADIS HASAN
Abstract
Hadis hasan terbagi dua, yaitu hasan lizatihi dan hasan ligairihi. Hadis hasan lizatihi ialah hadis yang sanadnya bersambung-sambung, melalui perawi yang siqah-siqah, dabit-dabit meskipun salah satu mereka kurang sempurna, serta terhindar dari kecacatan. Hasan ligairihi ialah hadis yang secara pribadi kualitasnya daif tetapi menjadi hasan ligairihi karena dukungan riwayat lain. Imam at-Tirmizi menggunakan beberapa istilah terkait hadis hasan, antara lain: hasan sahih, hasan garib, sahih garib dan hasan sahih garib. Terdapat beberapa istilah umum yang berlaku untuk hadis hasan dan sahih, seperti: salih, hasan alisnad, jayyid, qawiyy, ruwatuhu siqat, sahih al-isnad, hadisun sahih, hadis hasan dan lain sebagainya. Ibn Hajar mengelompokkan ungkapan-ungkapan jarh ta`dil kepada dua belas tingkatan. Tingkatan keempat dari ungkapan ta`dilnya menunjukkan nilai hasan. Ulama telah menyepakati tentang bolehnya mengamalkan hadis hasan dan dijadikan sebagai hujjah baik dalam akidah maupun hukum. Sunan al-arba`ah ditambah Sunan ad-Daruqutni, kitab Musnad Ahmad dan Musnad Abi Ya`la merupakan referensi hadis-hadis hasan. Kitab-kitab tersebut meskipun tidak disusun secara khusus untuk hadis hasan, tetapi isinya didominasi oleh hadis-hadis hasan.