LAFAZ QALB, SHADR DAN FU'AD DALAM AL-QUR'AN

Abstract

Keunikan dan keistimewaan al-Qur'an dari segi bahasa merupakan kemukjizatan yang ditunjukkan kepada masyarakat Arab sejak 15 abad lalu. Setiap pemilihan kosakata mempunyai nilai falsafah bahasa tersendiri. Kehalusan bahasa dan uslub al-Qur'an yang menakjubkan terlihat dari balaghah dan fashahahnya, baik yang konkrit maupun abstrak dalam mengekspresikan dan mengeksplorasi makna yang dituju. Dalam pemilihan kata, al-Qur'an kadang menggunakan beberapa kata yang memiliki arti sama dalam bahasa Indonesia, sehingga tampak ada inkonsisten dalam kata-kata yang digunakannya. Inilah yang melatarbelakangi pembahasan ini, tepatnya pada lafadz qalb, shadr dan fu’ad yang ketiga kata tersebut sering diartikan dengan satu arti yaitu hati. Penelitian ini menggunakan metode maudhu’i berupa riset kepustakaan (library research). Dalam al-Qur'an, lafaz qalb, shadr dan fu’ad mempunyai makna yang hampir berkaitan, namun dengan konteks dan tujuan yang berbeda. Qalb tertuju pada hal-hal yang bersifat immateri yang bersifat psikis, sifat ruhani yang mampu memahami dan penentu baik-buruknya sebuah jiwa karena semua bergantung pada baik-buruknya keadaan qalb. Shadr disebut dengan dada adalah wadah di mana qalb bersemayam, sehingga penggunaan kata shadr dalam al-Qur'an merupakan kinayah bagi sesuatu yang ada di dalamnya yaitu qalb. Adapun fu’ad disebut sebagai hati yang bersifat jujur (hati nurani) dan merupakan potensi qalb, tempat di mana telah mencapai keputusan yang mantap atau sesuatu yang telah terikat, tepatnya fu’ad adalah wadah keyakinan.