Implementasi Pembelajaran Alquran Hadist Berbasis Problem Solving untuk Membentuk Critikal Thinking Siswa Kelas IX di MTs. Nasy’atul Mujahidin Ringinrejo Tiru Lor Gurah Kediri
Abstract
Problem solving merupakan salah satu metode pembelajaran yang penting biasanya digunakan dalam pembelajaran yang membutuhkan jawaban dan pemecahan permasalahan. Metode ini sangat baik digunakan untuk pembinaan sikap ilmiah siswa agar terbiasa memecahkan masalah secara prosedur kerja ilmiah. Critical Thinking merupakan kegiatan berfikir kritis yang dilakukan dengan mengoperasikan potensi intelektual untuk menganalisis, membuat pertimbangan dan mengambil keputusan secara tepat dan melaksanakan secara benar. Strategi Pemecahan masalah Solso dalam Made Wena mengemuka enam tahap dalam pemecahan masalah , yaitu: 1) Identifikasi permasalaahn (identification the problem), 2) Representasi permasalaahn (representation of the problem), 3) Perencanaan pemecahan (planning the solution), 4) Menerapkan /mengimplementasikan perencanaan (executethe plan), 5) Menilai perencanaan (evaluate the plan ), 6) Menilai hasil pemecahan (evaluate the solution). Wankat dan Oreovocz dalam Made Wena mengemukakan tahap –tahap strategi operasional dalam pemecahan masalah sebagai berikut: a) Saya mampu/bisa (I can ). b) Mendefinisikan (define). c) Mengeksplorasi (eksplore). d) Merencanaakan plan (plan). e) Mengoreksi kembali (check). f) Generalisasi (generalize). Hasil proses Implementasi Pembelajaran Berbasis Problem Solving Untuk Meningkatkan Critical Thinking (Hasil belajar) siswa di MTs. Nasy’atul Mujahidin di Ringin Rejo Tiru Lor Gurah Kediri terbagi menjadi dua faktor yaitu :faktor interenn dan exsteren, faktor interen Yaitu: Hendaknya guru lebih menjelaskan lebih dalam perencanaan permasalahan agar para siswa mampu mendiskripsikan secara cepat tanggap kreatif, kritis, idealis, bertanya dalam secara individu dan kelompok. Kurangnya motivasi siswa dari siswa itu sendiri, padatnya aktivitas siswa yang mukim sehingga ada siswa yang mengantuk, kurang antusias karena faktor individu,latar belakang pendidikan yang non agama islam, kurangnya memahami pertanyaan. Sedangkan faktor exterens yaitu: padatnya aktivitas, kurangnya sarana dan prasarana,kelelahan karena padatnya aktivitas bagi siswa mukim, lingkungan keluarga yang non agama, latar belakang pendidikan non Islam.