Telaah Kritis Teologi Markus 16:15-18 tentang Meminum Racun Sebagai Bukti Keimanan Orang Percaya

Abstract

Mark 16:17-18 is often used by those who enjoy polemics to test believers in practicing their faith. Even if the verses’ claim is true, especially the one about believers drinking poison and will not die, they say they would be Christians. These verses are believed to have received some alterations so they can not be regarded as the Word of God anymore. This paper is intended to give a critical theological analysis on these verses. It uses inductive method to bring out the truth of the text by considering the context, the teaching of Christian theology and the accepted rules of interpretation. Through this procedure it is expected that readers can arrive at the appropriate understanding and prevent themselves from incorrect and misleading teaching. After an expository analysis, it is proved that there are no altered verses and thus these verses are believed to be the Word of God. God gave those miracles to convince unbelievers to believe what His disciples had done. God also performed the miracles to give signs that the disciples would experience life-threatening dangers while spreading the Gospel. It can be concluded that Mark 16:15-18 was meant not to test the believers’ faith but to accompany and protect the disciples from dangers in their evangelism ministry. Abstrak Markus 16:15-18 sering dipakai oleh para polemikus untuk dijadikan ujian iman bagi orang percaya dalam mempraktekkan kemurnian imannya. Bahkan jika klaim ayat ini benar, khususnya orang percaya minum racun dan tidak meninggal, mereka bersedia menjadi Kristen. Dan yang lebih fatal lagi dalam perikop ini dianggap sudah mengalami perubahan sehingga tidak bisa disebut sebagai Firman Tuhan. Tulisan ini bermaksud untuk memberikan telaah teologis kritis terhadap ayat-ayat diatas. Metode yang dipakai dalam telaah kristis ini dikenal sebagai induktif metode, yaitu dengan mengeluarkan kebenaran dari Teks. Dengan memperhatikan konteks, ajaran teologi kristen dan kaidah penafsiran yang benar didapatkan pemahaman yang tepat. Dengan demikian menghindarkan orang dari ajaran yang salah dan menyesatkan. Setelah dilakukan eksposisi pada perikop tersebut terbukti tidak ada ayat-ayat yang dirubah sehingga ayat tersebut dapat dipercayai sebagai Firman Allah. Mengenai maksud Allah memberikan tanda-tanda mujizat tersebut untuk meyakinkan orang yang belum percaya atas pekerjaan Allah yang di lakukan para murid. Juga Allah memberikan tanda mujizat, bila para murid mengalami bahaya yang mengancam nyawa mereka saat memberitakan injil. Sehingga penerapan ayat Markus 16:15-18 tersebut tidak dimaksudkan untuk menguji kemurnian iman orang percaya. Tetapi dimaksudkan untuk menyertai dan melindungi para murid dari bahaya maut dalam konteks penginjilan.