Perbandingan Teori Struktur Kepribadian Sigmund Freud dan Imam Al-Ghazali

Abstract

Manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki potensi istimewa dibandingkan dengan makhluk lain. Oleh karena itu, manusia telah lama menjadi sebuah obyek kajian di kalangan psikolog dari berbagai aliran. Tiap aliran memandang manusia berdasarkan konsep dan metode yang diungkapkannya masing-masing. Hanya saja, aliran-aliran tersebut banyak yang mengkaji manusia terbatas pada aspek fisiologis dan psikologisnya saja. Salah satu alirannya adalah Psikoanalisa yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Aliran ini menganggap bahwa kepribadian itu terdiri dari id, ego dan super ego. Meskipun ketiga sistem itu memilki fungsi dan prinsip masing-masing, namun tingkah laku manusia sebenarnya merupakan hasil dari interaksi ketiga sistem tersebut. Selain itu, Freud juga membagi kesadaran manusia menjadi alam sadar (counsciousnes), alam pra sadar (pre-counsciousnes) dan alam tidak sadar (uncounsciousnes). Aliran psikologi ini lebih banyak pada membahas manusia dalam aspek jismiah (raga) dan nafsiah (jiwa) saja, tidak pernah menjangkau aspek manusia yang ketiga, yaitu aspek ruhaniah. Oleh karena itu, untuk melengapi kajian mengenai manusia secara sempurna, salah satu pemikir Islam, yakni Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa dua dimensi di atas (raga dan jiwa) hanya menjadi telaah psikologi saja, sementara dimensi ketiga (ruh) menjadi kajian utama tasawufnya dalam rangka menjadikan manusia sesuai dengan potensi dasarnya yang bersifat spiritual. Berdasarkan pembedaan dimensi-dimensi ini, Al-Ghazali membagi kualitas-kualitas manusia menjadi aspek kejiwaan dan daya-dayanya, maqamat, herarkhi (pola berjenjang) metode peningkatan diri dan metode perbaikan diri (behavior modification), diantaranya melalui tazkiyah al-nafs (penyucian jiwa) dengan cara takhalli (pengosongan jiwa dari sifat-sifat tercela), tahalli (mengisi jiwa yang telah kosong dan menghiasinya dengan akhlak yang terpuji), dan tajalli (ketersingkapnya penutup antara hamba dan Tuhannya).