Karakteristik Kepribadian Guru Perspektif Kitab Ihya’ Ulum Al-Din Dan Relevansinya Dengan Kompetensi Kepribadian Guru Dalam UU. No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen
Abstract
Krisis keteladanan, kekerasan dan berbagai masalah sosial mempersoalkan kembali karakteristik kepribadian yang dimiliki guru. UU. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menawarkan kompetensi kepribadian yang seyogyanya dimiliki guru, dan sisi lain, al-Ghazali dalam Ihya’ Ulum al-Din juga menawarkan beberapa konsep praktis tentang kepribadian guru. Hal ini menarik untuk dikaji, dalam rangka meluruskan masalah-masalah sosial yang menimpa dunia keguruan tersebut. Dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan: Pertama, karakteristik kepribadian guru perspektif kitab Ihya’ Ulum al-Din dapat digambarkan dalam beberapa indikator, yakni kasih sayang (al-syafaqah), meneladani Nabi (al-iqtida’ bi shahib al-syar’i), nasehat guru (nush al-mu’allim), melarang dengan cara sindiran dan belas kasih (al-zajr bi thariq al-ta’rid wa al-rahmah), berpegang teguh pada etika seorang guru (al-i’timad bi adab al-mu’allim), menyesuaikan diri dengan kadar kemampuan murid (al-iqtishar bi qadr fahm al-muta’allim), memahami perbedaan kemampuan murid (al-fahm bi ikhtilaf ‘aql al-muta’allim), dan mengamalkan ilmunya (al-‘amil bi ‘ilmih). Kedua, karakteristik kepribadian guru yang ditawarkan oleh al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulum al-Din relevan dengan konsep kepribadian guru dalam UU. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Hal ini dapat dilihat dari setiap nilai indikator yang tertera pada konsep yang termaktub dalam UU. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kecuali satu indikator, yakni indikator bangga sebagai guru yang merupakan cabang dari konsep mantab dan stabil.