INTELIGENSITAWÂDHU' Studi Pengembangan Kecerdasan Visual Spasial Dalam Sikap Tawadhu’ Santri Pesantren
Abstract
Pesantren merupakan institusi pendidikan Islam yang di pandang paling kompeten dalam menamkan pendidikan akhlaq bagi para santrinya, dalam ruang pensatren nilai-nilai moral diaplikasikan melalui pembiasaan sehingga membudaya, salah satunya adalah sikap tawadhu’ yang begitu popular di kalangan santri, namun demikian dalam penerapan sikap tawadhu’ ada kalanya sebagian santri yang memakai tawadhu’ dengan tidak tepat, dimana pada saat santri diminta unjuk eksistensi justru malah engan berunjuk eksistensi lantaran takut dikatakan tidak tawadhu’. Menurut para ulama’ sikap tawadhu’ merupakan hasil dari kecerdasan bersikap yang harus di dahului dengan kemampuan menavigasi hati dari goda’an hawa nafsu yang selalu ingin menyombongkan diri lantara melihat kelebihan diri dihadapan orang lain disatu sisi, disisi yang lain tawadhu’ juga kemampuan menavigasi hati untuk menghindar dari bisikan rasa takut, was-was dan minder ketika berhadapan dengan dengan pribadi yang memiliki kelebihan, baik status social,ekonomi dan keilmuanya. Sehingga sikap tawadhu’ dapat di sebut sebagai kemampuan menempatkan diri ditengah-tengah diantara sombong dan rendah diri, itulah yang di sebut rendah hati.Sehingga dalam mengimpelentasikan sikap tawadhu’ seseorang haruslah memiliki kepekaan ruang dan visual, kapan kita harus bersikap tawadhu’.Diskurdus kecerdasan kepekaan ruang dan visual masyarakat tersebut (kecerdasan visual sapasial) memberikan kontribusi akan pentingnya kesadaran ruang sosial, dengan mengembangkan (mencangkok) kecerdasan ini dalam ruang belajar santri diharapkan memiliki keakuratan dan ketepatan dalam bersikap tawadhu’ . inilah yang disebut sebagai inteligensi tawadhu’ , sublimasi kecerdasan visual sapsial yang mendorong kemampuan menempatkan diri di tengah ruang- ruang social masyarakat yang dinamis, agar dapat diterima dengan elegan sehinga dapat mengamalkan ilmunya ditengah-tengah masyarakat, hal ini sesuai dengan akar kata tawadhu’ sendiri yang berasal dari kata wadhoa yang artinya meletakan.