Problematika Sosio-Historis Arah Kiblat Masjid “Wali” Baiturrahim Gambiran Kabupaten Pati Jawa Tengah

Abstract

Menghadap  ke  arah  kiblat  menjadi  syarat  sah  bagi  umat  Islam  yang  hendak menunaikan salat, baik salat fardhu atau shalat-shalat sunat yang lain. Hal ini  sudah  ditentukan  sejak  zaman  Rasulullah  SAW. Oleh karenanya menghadap arah kiblat merupakan suatu keharusan baik dalam beribadah secara individu maupun berjama’ah.Urgensi menghadap arah kiblat dalam shalat ini kemudian menuntut bagi umat muslim untuk memperhatikan arah kiblat masjid-masjid atau mushola dalam rangka ksempurnaan ibadah. Masjid Baiturrahim Gambiran Pati Jawa Tengah. Masjid ini memliki nilai historis yang tinggi sebagai salah satu masjid tertua di Jawa Tengah. Masjid ini dibangun pada tanggal 9 Oktober 1445. Umur masjid ini lebih tua dua tahun dari majid Agung Demak. Selain nilai historis yang melekat pada  masjid Baiturrahim Gambiran Pati, masjid ini pun memiliki nilai “keramat” sebab dibangun oleh wali (sunan Kalijaga) selayaknya masjid-masjid  wali yang lainnya. Dengan dasar ini penulis mengadakan penelitian dengan pendekatan sosio historis dan dengan jenis penelitian kualitatif field research. Hasil penelitian ini memaparkan alasan kenapa masyarakat Gambiran Pati masih menggunakan arah kiblat versi Sunan Kaljaga dan faktor yang melatar belakangi masyarakat Gambiran Pati dalam memilih arah kiblat versi Sunan kalijaga yang mengandung nilai mitos. Faktor tersebut antara lain; faktor nilai historis masjid Baiturrahim sebagai masjid wali dan juga sosok legendaris dari Sunan Kalijaga. Faktor sosio kultural masyarakat Gambiran Pati yang notebene berprofesi sebagai petani yang berpendidikan rendah serta ketergolongannya Pati sebagai salah satu kabupaten wilayah Jawa Tengan yang akrab dan harmoni dengan mistis kejawen. Key word: Arah Kiblat Masjid Baiturrahim Pati, masjid Wali, sosio Historis, mistis kejawen