Islam Hibrid Studi Konflik Ahlussunnah Wal Jamaah Antara NU Dan Salafi Di Pasuruan

Abstract

Para Kiai dan Habaib mempunyai peran penting dalam perkembangan Islam di Pasuruan sejak abad XVII. Mereka mendirikan pesantren-pesantren yang berpaham Ahlusunah wal jamaah, yang berafiliasi kepada organisasi Nahdlatul Ulama (NU), sehingga Pasuruan dikenal sebagai basis warga Nahdhiyin di Jawa Timur. Sejak tahun 2000-an  ada fenomena yang cukup menarik, para elite NU mengalami keresahan dengan munculnya kelompok  Salafi yang juga berpaham Ahlusunah wal jamaah. Kelompok Salafi ini mempunyai metode dakwah yang menarik simpati masyarakat Pasuruan, sehingga jumlah pengikut atau jamaahnya mengalami perkembangan yang cukup pesat.  Elite NU merasa tersaingi oleh kehadiran Salafi tersebut, karena terjadi penurunan pengaruh jumlah warga Nahdliyin. Berdasarkan masalah tersebut, penelitian ini menjawab dua pertanyaan, yaitu: 1) Bagaimana konflik perebutan pengaruh antara elite NU dan Salafi di Pasuruan?. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan Sosiologi. Teori yang digunakan sebagai alat analisis adalah teori konflik. Penelitian ini menemukan kesimpulan,bahwa konflik perebutan pengaruh antara elite NU dan Salafi berpengaruh pada masyarakat Pasuruan sehingga menjadikan dua model jamaah, yaitu jamaah murni yang cenderung bersikap fanatik dan jamaah muhajirin yang lebih kritis dan fleksibel. Jamaah muhajirin inilah disebut generasi Islam Hibrid, yaitu umat Islam yang mempunyai pemahaman silang antara paham Ahlusunah wal jamaah an-Nahdliyyah dan Ahlusunah wal jamaah Salafi berikut prilakunya. Kata kunci: Islam Hibdrid, Konflik Ahlusunnah Waljamaah