Aspek Positif Supervisi Pendidikan Terhadap Aplikasi Pembelajaran Model Gabungan di SD Negeri Percobaan 1 Kota Malang Tahun Pelajaran 2012/2013
Abstract
Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan kinerja guru yang hanyalah kegiatan belajar aktif. Agar belajar manjadi aktif, siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka haru menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud). Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada permasalahan yang mengacu pada latar belakang masalah di atas, yang timbul dalam penelitian ini yakni sebagai berikut: (1) Bagaimanakah tingkat penguasaan materi pelajaran matematika siswa di SD Negeri Percobaan 1 Kota Malang Tahun Pelajaran 2012/2013?, (2)Bagaimanakah tingkat kompetensi guru materi pelajaran matematika yang dalam menghadapi ujian kenaikan kelas di SD Negeri Percobaan 1 Kota Malang Tahun Pelajaran 2012/2013?, (3) Bagaimana pengaruh metode belajar aktif model gabungan ceramah dan kerja kelompok matematika yang diarahkan oleh peneliti kepada guru SD Negeri Percobaan 1 Kota Malang Tahun Pelajaran 2012/2013? Jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Pembelajaran dengan metode belajar aktif model gabungan ceramah dan kerja kelompok pada materi pelajaran memiliki dampak positif dalam meningkatkan kinerja guru yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65,71%), siklus II (77,14%), siklus III (88,57%).