POLITIK PENCITRAAN DAN POLEMIK SOSIAL-POLITIK MINANGKABAU DALAM PERSPEKTIF KARYA SASTRA

Abstract

<p>Bagi sebagian orang, istilah sastra politik apalagi sebagai genre sastra<br />mungkin masih menjadi kontroversi. Alasannya karena istilah tersebut dinilai jauh<br />dari prinsip-prinsip sastra yang selama ini mereka yakini sebagai suatu opsi yang<br />berdiri sendiri. Ariel Heryanto dalam tulisannya menyebutkan bahwa kontroversi<br />mengenai genre sastra politik ini masih ditolak oleh kalangan sastrawan yang<br />menganut sastra universal yang pandangannya paling berpengaruh. Mereka<br />menganut prinsip sastra yang terbebas dari politik karena sastra merupakan seni<br />yang lahir dari batin sastrawan. Bagi mereka, satu-satunya ideologi kepenyairan<br />adalah universalisme, sedangkan tanah airnya adalah kehidupan dan kemanusiaan<br />itu sendiri. Sebagaimana yang disebutkan oleh Geoge Orwell bahwa pengarang<br />hanya harus terlibat pada satu hal saja: sastra dan biarkanlah sosiolog yang<br />berkompeten berbicara soal-soal sosial.</p>