PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PERSEPEKTIF PAULO FREIRE

Abstract

Indonesia adalah salah satu Negara multikultural terbesar di dunia. Kebenaran dari pernyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Keragaman ini, diakui atau tidak diakui, akan dapat menimbulkan berbgai persoalan seperti yang sekarang di hadapi bangsa ini. Korupsi, kolusi, nepotisme, premanisme, perseteruan politik, kemiskinan, kekerasan, dan hilanya rasa kemanusiaan untuk selalu menghormati hak-hak orang lain, adalah bentuk nyata sebagai bagian dari multukulturalisme itu. Konsep pendidikan yang ditawarkan oleh Paulo Freire bahwa pendidikan multicultural dapat diterapkan dengan kesadaran yang dimiliki oleh masyarakat baik kesadaran magis, kesadaran naïf dan kesadaran kritis. Paulo Freire juga berpandangan bahwa pendidikan secara umum yang ingin diberikan ke public tidak hanya mencakup ruang kelas saja, kendatipun ia mengerti pentinya aktivitas diruang kelas untuk reproduksi dan trasformasi. Ia menekankan bahwa tehnik pendidikan baru akan menciptakan sekolah atau masyarakat yang sama sekali baru. Pemikiran Paulo Freire banyak mengkritik tentang pendidikan yang tidak kritis, yakni pendidikan yang diarahkan untuk penjinakan dan penyesuaian rakyat dengan kondisi yang menindas. Sistem penindasan yang dilegitimasi oleh pendidikan menurut Freire terlihat sangat jelas dalam ruang kelas, di mana guru melihat murid sebagai kertas putih kosong yang harus diisi dengan ilmu pengetahuan. Penulis juga beranggapan bahwa Freire menghubungkan pendidikan dengan masalah sosiopolitik, karena praktik pendidikan selalu memiliki implikasi sosial. Kebijakan dan praktik pendidikan dapat mengabadikan ketertutupan dan ketidakadilan atau membantu kita membangun kondisi-kondisi untuk transformasi sosial