Memaafkan dan Komitmen Pernikahan Pada Istri Setelah Diselingkuhi Oleh Suami
Abstract
Salah satu alasan mengapa kehidupan pernikahan tidak harmonis adalah perselingkuhan. Perselingkuhan yang telah diketahui oleh suami, istri atau keduanya dapat memberikan dampak besar dan terjadi dalam jangka panjang karena komitmen yang mengandung kepercayaan satu sama lain telah rusak. Agar dampak perselingkuhan tidak terlalu serius, pengampunan menjadi pilihan paling penting untuk menghadapi perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu pasangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengampunan seorang istri dan komitmen pernikahan seorang istri setelah suaminya berselingkuh. Peneliti pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengambilan sampel Purposive sampling digunakan untuk mendapatkan subjek penelitian yang sesuai dan metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan observasi terkait dengan empat subjek istri yang dikelilingi oleh suami. Subjek pertama, H tidak bisa memaafkan perselingkuhan suaminya sepenuhnya dalam aspek kognitif, afektif dan perilaku, sehingga komitmen setelah suaminya berselingkuh kurang kuat. Subjek kedua, S tidak bisa memaafkan suaminya dalam aspek kognitif dan afektif, sehingga komitmen setelah suaminya berselingkuh kurang kuat. Subjek ketiga, MR bisa memaafkan suaminya dalam aspek kognitif dan perilaku, sehingga komitmen pernikahan setelah berselingkuh kuat. Subjek keempat, NB tidak bisa memaafkan perselingkuhan suaminya dalam aspek kognitif, afektif dan perilaku, sehingga komitmen pernikahan setelah perselingkuhan suaminya kurang kuat.