Pendidikan Islam Multikultural Untuk Mewujudkan Civil Society: Rujuk Ulang pada Hijrah Nabi Muhammad SAW

Abstract

Banyak orang yang salah paham terhadap Islam, mereka menyamakan antara Islam dengan Muslim, sehingga apa yang terjadi pada sebagian umat Islam digeneralisasi ke dalam agama Islam atau ajaran Islam. Terdapat kesan bahwa seolah-olah Islam adalah agama yang terbelakang, karena banyak orang Muslim yang bodoh, tidak dapat bersatu, bersikap brutal, mudah terprovokasi untuk melakukan kekerasan, bahkan banyak yang menjadi teroris. Hal ini diperburuk dengan sejumlah negara-negara Islam atau Negara- negara yang berpenduduk mayoritas Muslim yang terbelakang dan tidak memiliki pengaruh atau kekuasaan di mata dunia terutama negara-negara Barat. Pendidikan Islam yang diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW., ketika beliau hijrah ke Madinah, adalah jawaban untuk tamparan semua tuduhan tersebut. Nabi Muhammad SAW., sebagai rasul sekaligus sebagai kepala negara dapat menjadi teladan yang cerdas dan mampu membawa pengikutnya yang plural baik secara etnis, kelompok, budaya maupun agama, mampu mencapai kemakmuran, kedamaian, kebebasan, kesetaraan dan kemajuan yang belum pernah dapat dicapai oleh para pemimpin Muslim setelah itu. Masyarakat Madinah sebagaimana yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW disebut sebagai civil society oleh para pemikir terkemuka Indonesia semisal Nurchalis Madjid.