TITIK TEMU ISLAM NUSANTARA BERKEMAJUAN DALAM PERSPEKTIF FENOMENOLOGI EDMUND HUSSERL (1859 – 1938)
Abstract
Dinamika wacana keislaman di Indonesia berkembang seiring perkembangan wacana keilmuan. Kajian keislaman dan penafsiran ajaran agama memunculkan wacana-wacana baru keislaman, di antaranya wacana Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan. Sementara itu, fenomenologi yang digagas dan dikembangkan oleh Edmund Husserl (1859 – 1938) menempatkan objek penelitian dalam sudut pandang pengamat, di mana pengamat dituntut untuk menangguhkan dan mengurungkan penilaian-penilaian subjektif. Sehingga pengamat dapat memperoleh gambaran yang lebih objektif dan apa adanya terhadap objek yang dikaji. Wacana Islam Nusantara menawarkan nuansa keislaman dengan mengakomodasi kearifan lokal, sementara Islam berkemajuan menawarkan nuansa keislaman yang lebih modern dan progresif. Dengan pendekatan fenomenologis wacana Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan menemukan titik temunya. Nuansa Islam Nusantara Berkemajuan membawa nuansa Islam yang progresif dengan tetap berpegang pada kearifan lokal keIndonesiaan.