Menempatkan nilai-nilai fikih Islam dalam proses modernisasi dan perubahan sosial studi tentang teori al-Tufi mazhab Hanbali
Abstract
Al-Tufi intellect in the field of usul fiqh impressed liberals and generalist, pure of logical thinking and the knowledge he gained from many cities and many Muslim theologians. No change in the system of theology. Maslahah concept used instead ra’yu free without limit, but methodological step with existing laws, customs used by the companions of the Prophet Umar, may Allah be pleased, and Imam Malik. The methodology used is bayan (exegesis) also taqyid and tahdid an-nas. Being based on bayan (exege- sis) also taqyid and tahdid an-nas and custom law, their values are as implemented by the method of ijtihad takhsis munfasil. It is used as a method to cope with the statement of the Koran that seem contradictory to each other. The goal is to create distance and theistic concept of fiqh imperative at that time, by directing the point of view of jurisprudence that not only theological but also humanistic. Intelektualitas Al-Tufi dalam bidang usul fiqh terkesan liberalis dan generalis, murni dari pemikiran logis dan pengetahuan ia peroleh dari banyak kota dan banyak teolog muslim. Tidak ada perubahan dalam sistem teologinya. Konsep maslahah yang digunakan bukan ra’yu bebas tanpa batas, namun metodologis melangkah dengan hukum yang ada, kebiasaan yang digunakan oleh sahabat Nabi Umar, ra. dan Imam Malik. Metodologi yang digunakan adalah bayan (penafsiran) juga taqyid dan tahdid an- nas. Dengan berbasis kepada bayan, taqyid dan tahdi d an-nas dan hukum adat, nilai-nilai mereka adalah seperti yang diterapkan oleh metode ijtihad takh munfasil. Hal ini digunakan sebagai salah satu metode untuk mengatasi pernyataan dari Al-Quran yang tampak kontradiktif satu sama lain. Tujuannya untuk membuat jarak konsep fikih imperatif dan teistik pada waktu itu, dengan mengarahkan titik pandang fikih yang tidak hanya secara teologis tetapi juga humanistik.