MAHABBAH MENURUT SUFISME DAN CINTA KASIH MENURUT BIBLE

Abstract

<p><strong>Abstrak</strong><strong></strong></p><p>Makhluk Allah yang paling sempurna adalah manusia karena diberikan akal, pikiran serta nafsu. Manusia juga diberikan fitrah oleh Allah, salah satunya mencintai atau dicintai<em> (mahabbah) </em>ialah yang dikenal istilah dalam Islam. yaitu cinta yang mendalam seorang hamba kepada Allah. Cinta kasih menurut keyakinan Kristen adalah dapat diungkapkan dalam berbagai cara, seperti belas kasih, kesetiaan, dan kebaikan, karena cinta kasih suatu keutamaan yang khusus menurut kaum Kristiani yang ingin mengikuti Tuhan.  Mengkaji <em>mahabbah </em>dan cinta kasih ini bisa menambah wawasan dan meningkatkan keimanan seseorang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pendekatan teologi ialah pendekatan yang cendrung normatif dan subjektif terhadap agama atau disebut juga dengan pendekatan kewahyuan yang bersumber dari kitab-kitab suci, yang mana kitab suci Alquran menjelaskan tentang <em>mahabbah</em> dan cinta kasih di dalam <em>bible</em>. Dari penelitian ini peneliti mengetahui konsep <em>mahabbah</em> menurut para sufi seperti Rabiatul adawiyah yang menerapakn cintanya hanya kepada Allah dan menutup cintanya kepada yang lain. Dan cinta kasih ini menjelaskan tentang pengorbankan Yesus yang mana Yesus mengorbankan dirinya untuk menebus dosa manusia. <em>Mahabbatullah</em> merupakan derajat tertinggi dari seluruh maqom spritual. Sedangkan dalam dunia Kristen cinta kasih merupakan tolak ukur yang paling menetukan, karena banyak merebut perhatian, yang harus diberikan pada cinta.<strong></strong></p><p><strong>Kata Kunci:</strong> <em>Mahabbah</em>, Sufisme, Cinta Kasih, <em>Bible</em><em></em></p><p> </p><p><strong><em>Abstract</em></strong>        </p><p><em>Humans are perfect creatures created by God in terms they have intellect and lust.  Allah also gave his nature "fitrah" to humans, such as loving and being loved or called "mahabbah" in Islamic terms.  "Mahabbah" is the sincere affection of a servant for his creator, "Allah."  According to Christian belief, affection can be expressed in various ways, including compassion, loyalty, and kindness because affection is a priority that must be present in humans who want to follow their God. Discussing mahabbah and affection can enhance our insight and faith.  In this study, the researcher used the qualitative method with a theological approach that tended to be normative and subjective towards religion or it could also be called the revelation approach that came from the Qur'an</em><em>, </em><em>which explained about mahabbah and affection in the Bible. From the study, the researcher knew the concept of mahabbah based on some Sufi views, such as Rabiatul Adawiyah who only gave all his love to Allah the Almighty, and did not love anyone else, except Allah the Almighty. The affection contained in this story illustrates the sacrifice of Jesus where Jesus was willing to sacrifice himself to redeem for the sins of humankind. Mahabatullah is the highest level of spiritual grade (maqoom) while in Christianity; affection is the most decisive measure because it grabs attention that should be given to love.</em></p><p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: Mahabbah, Sufism, Love, Bible</em></p>