PEMIMPIN YANG TULUS SEPERTI MERPATI DAN CERDIK SEPERTI ULAR
Abstract
“Tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular” adalah ungkapan kontradiktif namun mengandung kesatuan yang utuh jika diaplikasikan dalam kehidupan. Istilah ini diangkat oleh Immanuel Kant (filsuf besar Jerman pencipta sistem metafisika terhebat). Dalam karyanya Perpetual Peace(Perdamaian Abadi), ungkapan diatas digunakan Kant untuk menggambarkan kaitan antara moralitas dan politik. Menurut Kant, pemimpin yang baik haruslah orang yang ‘tulus’ (punya moral dan motivasi baik) dan ‘cerdik’ (bijaksana, cerdas dan punya strategi kepemimpinan yang baik). Sejarah mencatat beberapa pemimpin atau guru yang berpengaruh besar bagi pengikutnya. Sokrates (filsuf Yunani) yang dikagumi karena ajaran moralnya yang baik. Yesus Kristus (tokoh rohani Kristen) sangat dimuliakan umatnya karena ajaran moral, hukum kasih dan mujizatnya. Mohandas K. Gandhi (Mahatma) dikagumi karena ajaran Satyagraha, untuk berjuang tanpa kekerasan melawan ketidakadilan. Pemimpin yang bertangan besi juga patut diperhitungkan caranya mempengaruhi dan menggerakkan massa. Contohnya: Julius Caesar pemimpin ekspansi kerajaan Romawi, Napoleon Bonaparte dari Perancis dan Adolf Hitler sebagai pemimpin NAZI Jerman yang menyebabkan pemusnahan etnis Yahudi di Eropa. Yang menarik di sini adalah: Bagaimana mungkin seorang manusia biasa dapat memiliki kemampuan luar biasa untuk menjadi seorang pemimpin yang mengagumkan?. Pemikiran Immanuel Kant dalam strategi kepemimpinan modern tampaknya masih relevan dan menarik untuk dipelajari. Konsistensinya pada hukum moral yang bukan asal taat pada aturan tapi berdasarkan suara hati pantas dipuji. Karya ini ingin menunjukkan bagaimana Kant dapat menemukan kaitan erat antara moralitas dan politik serta kriteria seorang pemimpin yang ideal.