Gereja Yang Berpihak Pada Perempuan (Sebuah Eklesiologi Gereja Perspektif Feminis)
Abstract
Diskriminasi terhadap perempuan dan orangorang lemah tidak hanya terjadi dalam masyarakat, namun juga dalam gereja, yang notabene mengajarkan tentang kasih dan tanpa perbedaan. Diskriminasi itu nampak dalam teksteks Alkitab dan ajaran gereja, yang termanifestasi dalam bahasa yang digunakan untuk Allah, liturgi (tata ibadah), kepemimpinan gereja dan eklesiologi (pemahaman) gereja. Ajaranajaran ini tidak hanya meminggirkan kaum perempuan, tetapi juga membuat kaum perempuan kurang diperhatikan bahkan tidak diijinkan untuk berperan dalam pelayanan gereja. Kondisi ini menyebabkan penderitaan, terutama bagi mereka yang mengalami penindasan dan ketidakadilan dari masyarakat, seperti pelacur, korban trafficking, orang-orang miskin dan lemah. Sehubungan dengan hal ini maka pemahaman eklesiologi berperspektif feminis perlu dibuat agar gereja bisa menjalankan perannya sebagaimana tujuan semula dibentuk, yaitu sebuah lembaga yang terbuka dan menyalurkan cinta kasih dan perhatian bagi semua orang.[Discrimination against women and weak people takes place not only in the community but also in the Church, which actually teaches about love and no distinction. Discrimination appears in the texts of the Bible and in the church’s teachings, which are manifested in the language used for God, the liturgy (etiquette of worship), the leadership of the Church and the ecclesiology (understanding) of the Church.These teachings not only marginalize women but also make women less recognized and even not allowed to have a role in the service of the Church. This condition causes suffering, especially for those who have experienced oppression and injustice in society, such as prostitutes, victims of trafficking, the poor and the weak. Therefore, an ecclesiology understanding based on feminist perspective needs to be developed. So, the Church can conduct its ordinary roles, such as an inclusive institution for spreading the love and care for everyone.]