Menanggapi Hadis Perempuan Sebagai Imam Sholat dalam Perspektif Amina Wadud (Analisis Hermeneutika Feminis)
Abstract
Isu-isu gender di era kontemporer kini marak diusung oleh beberapa tokoh Feminis, salah satunya yakni Amina Wadud. Berangkat dari konstruksi sosial yang dialami semasa hidupnya, dimana perempuan mendapatkan kedudukan di bawah laki-laki, ia memunculnya paradigma baru yang memperjuangkan hak-hak perempuan. Salah satu fenomena yang menimbulkan berbagai kontroversi dari pemikiran Amina Wadud yakni pelaksanaan sholat jumat di Amerika Serikat dimana dia menjadi imam sholat bagi jamaah yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Berbagai kritik datang dari beberapa ulama klasik terutama di bidang fikih mengenai hal tersebut. Pada redaksi hadis yang diriwayatkan oleh Ummu Waraqah, hadis tersebut dinilai shahih derajatnya. Dalam hal ini, Amina Wadud memberikan tanggapan yang pro terhadap hadis tersebut dengan metodologi yang baru yakni hermeneutika feminisme.Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis hermenutika feminisme yang dikembangkan Amina Wadud Muhsin dimana di dalamnya terdapat penelitian metodologis dan analitis untuk menelisik paradigma yang dibangun oleh Amina Wadud dalam menanggapi hadis tersebut.[On this article refers to issues gender in this contemporary era which is intensely brought by several feminist figures, one of them is Amina Wadud. According to the social construction during her lifetime, when women were subordinated over the man, therefore she brings a new paradigm which is the fight for women’s rights. One of the controversy phenomena from Amina Wadud’s thought is that she performs as imam during Jumah’s prayer for both men and women. Many critics come from several classic ulama, mainly in the fiqh field, concerning about that issue. On the redaction of hadith narrated by Ummu Waraqah, that is included to shahih based on the level. In this case, Amina Wadud gives an affirmative response regarding the hadith with a new methodology, Feminism Hermeneutic. In this observation, the author uses analysis of feminism hermeneutic that developed by Amina Wadud which includes the analytical and methodological observation to know the paradigm used by Amina in hadith.]