Tafsir Gender Jawa: Telaah Tafsir Al-Iklil Fi Ma’ani Al-Tanzil Karya Misbah Mustafa

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya sebuah pemikiran tafsir dalam tradisi Jawa yang menempatkan perempuan dalam posisi yang lebih banyak bergerak di wilayah domestik. Karena persepsi mufassir yang melihat kedudukan laki-laki lebih berpotensi daripada perempuan, maka perempuan kurang diberi ruang dalam sektor publik. Di dalam salah satu karya tafsir dari tradisi Jawa yakni al-Iklil fi Ma’ani al-Tanzil karya Misbah Mustafa, ditemukan pemahaman bahwa peran laki-laki lebih utama daripada perempuan melalui serangkaian tafsir terhadap ayat-ayat gender. Melalui analisis struktur sosial terhadap beberapa tema gender seperti asal-usul penciptaan manusia, poligami, dan kepemimpinan laki-laki ataupun perempuan, pemikiran Misbah Mustafa terpola dengan jelas. Dengan menggunakan metode deskriptif-analitis, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran Misbah Mustafa dalam tafsir al-Iklil cenderung mengulang-ulang, menukil dan melegitimasi pendapat para ulama tradisional normatif yang kebanyakan mensubordinasikan kedudukan perempuan. Tulisan ini merefleksikan ke-arah bagaimana konstruksi sosial dan budaya mempengaruhi pola penafsiran Misbah Mustafa dalam karyanya tafsir al-Iklil.[This research is motivated by an interpretive thought in the Javanese tradition that places women in a position that is more engaged in domestic sphere. Because the perception of mufassir who see the position of men has more potential than women, women are less given space in the public sector. In one of the interpretations of Javanese tradition, al-Iklil fi Ma’ani al-Tanzil by Misbah Mustafa, it is found that the role of men is more important than women through a series of interpretations of gender verses. Through the analysis of social structure on several gender themes such as the origin of human creation, polygamy, and male or female leadership, Misbah Mustafa’s thoughts were clearly patterned. By using a descriptive-analytical method, the results of the study show that Misbah Mustafa’s thinking in the interpreting the Quran tends to repeat, copy and legitimize the opinions of traditional normative scholars who mostly subordinate the position of women. This paper also shows how social and cultural construction influence Misbah Mustafa’s interpretation patterns in his work, al-Iklil.]