PEREMPUAN DAN KEARIFAN LOKAL: Performativitas Perempuan Dalam Ritual Adat Sunda
Abstract
Mengkaji konstruksi identitas gender dalam komunitas adat dengan kearifan lokalnya ibarat pisau bermata dua. Ia bisa mendominasi atau sebaliknya membebaskan. Salah satu kecenderungan positif bagi pembebasan perempuan adalah performativitas perempuan dalam ritual adat Sunda. Kajian ini memfokuskan pada masalah performativitas perempuan dalam ritual mapag (menyambut) Dewi Sri di komunitas adat Kampung Banceuy di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Studi dilakukan dengan pendekatan etnografi feminis dengan menggunakan analisis Butler tentang performativitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua sudut peran perempuan yang menonjol dilihat dari struktur ritual serta atribut pakaian dan penampilan. Secara struktur, perempuan lebih banyak memegang peranan dari sejak acara persiapan ritual hingga pasca ritual. Dewi Sri sebagai simbol kehidupan dianggap menjadi penanda utama gender acts yang membentuk identitasnya dalam wilayah gagasan keperempuanan yang serba simbolis (padi). Selain itu, dimensi atribut dan penampilan dalam ritual juga memegang peranan signifikan seperti tampak pada rias wajah dan pakaian penuh warna. Namun, penampilan feminin sepanjang ritual pada dasarnya bukan produk dari identitas feminin, sebaliknya, identitas feminin itu diperoleh karena perempuan menampilkan atribut pakaian, tarian dengan menggerakkan tubuh dan bertingkah feminin secara berulang-ulang. Performativitas dalam atribut dan penampilannya itu lebih disebabkan aturan adat yang hegemonik dan memaksa dirinya agar mendapatkan pengakuan secara sosial di masyarakat. Meski terjadi negosiasi dalam penerimaannya, perempuan melalui pakaian dan gerakan itu kemudian berusaha menampilkan dirinya sebagai perempuan yang dibayangkan secara ideal oleh komunitas adat tersebut.