TEOLOGI PEREMPUAN DALAM TAFSIR AL-QURAN: Perspektif Pemikiran Hamka

Abstract

Posts about to reveal the relationship between theology and women, theology itself is a divinity, but with a growing time, theology does not mean only on the scope science of God, but also the science which deals with the relationship of God and man, which then theology used as an explanation containing its own meaning, which is then analyzed based on the interpretation of Hamka. The goal is to uncover interpretation Hamka in the verses of the Koran about women. So this article will be a discussion join the new understanding of theology and of women, which in this discussion is the relationship between religion and women, which is then analyzed based on the premise Hamka. From this analysis resulted in a conclusion that Hamka in his commentary, very concerned about rights and obligations of women regardless of social status, thus indirectly Hamka has changed the theological bias long been a theological bias of new very attentive Rights and the fate of women, both in the domestic space and public.[Tulisan ini hendak mengungkap tentang bagaimana hubungan teologi dengan perempuan, teologi sendiri merupakan ilmu ketuhanan, namun seiring berkembangnya waktu, teologi tidak diartikan hanya pada cakupan ilmu tentang Tuhan, namun juga ilmu yang membahas tentang hubungan Tuhan dengan manusia,  yang selanjutnya teologi dijadikan suatu penjelasan yang mengandung makna tersendiri, yang selanjutnya dianalisa berdasarkan penafsiran Hamka. Tujuannya untuk mengungkap penafsiran Hamka dalam menafsiri ayat-ayat al-Quran tentang perempuan. Sehingga tulisan ini akan merupakan sebuah pemahaman yang menghubungakan pembahasan teologi dan perempuan, dimana dalam bahasan ini ialah hubungan antara agama dengan perempuan, yang selanjutnya dianalisa berdasarkan pemikiran Hamka. Dari analisa inilah menghasilkan sebuah kesimpulan, bahwa Hamka dalam tafsirnya, sangat memerhatikan Hak dan kewajiban perempuan tanpa membedakan status sosial, sehingga secara tidak langsung Hamka telah mengubah teologi bias lama menjadi teologi bias baru yang sangat memperhatikan Hak dan nasib perempuan, baik dalam ruang domestik maupun ruang publik.]