Resistensi Perempuan dalam Prosa Indonesia
Abstract
Relasi perempuan dan lelaki dapat disebut tidak setara. Ketidaksetaraan menyebabkan adanya penindasan atau tindak kekerasan. Menyikapi hal tersebut, perempuan melakukan resistensi. Tulisan ini meneliti bagaimana resistensi perempuan yang terdapat dalam prosa Indonesia. Objek material penelitian berupa tiga prosa berbahasa Indonesia, yaitu Timun Mas dan Buto Ijo, “Timun Emas’, dan “Meja Makan yang Menggigil”. Ketiga teks bersubjek perempuan dan berlatar tempat Indonesia. Resistensi perempuan terhadap kekerasan berwujud tiga kategori, yaitu diam, mengulur waktu, dan membinasakan. Diam atau mengulur waktu dilakukan karena kekuatan fisik perempuan yang lebih terbatas dibandingkan lelaki. Resistensi yang berwujud tindakan membinasakan dilakukan manakala pelaku kekerasan mengancam nyawa perempuan atau keluarga. Dalam membinasakan, perempuan menggunakan alat bantu. Selain itu, di akhir kisah terdapat sikap religius yang ditunjukkan dengan adanya keyakinan terhadap Tuhan dan rasa syukur atas karunia Tuhan. Resistensi perempuan menunjukkan bahwa perempuan bukanlah makhluk yang tidak berdaya.[The relations between women and men can be considered unequal. Inequality has caused oppression or violence. In response to the situation, women take the act of resistance. This paper discusses the form of resistance the women have done in Indonesian prose. The material object of the research consists of three prose in the Indonesian language, ie.e. Timun Mas dan Buto Ijo, “Timun Emas”, and “Meja Makan yang Menggigil”. The three prose take the women as the subject of the text and take Indonesia as the social context. The women resistance toward the violence manifests in three categories: silent, stalling for time, and destroying. They did it because women have less physical strength as compared to men. The last form of resistance is taken when the oppressor threatens the life of the women and their family’s life. In addition, at the end of the story, women show the religious attitude as they believe in God and praise to Him for the blessing. The resistance implies that women are not a powerless creature.]