Menakar Keadilan Gender pada Penyelenggaraan Amal Usaha dan Ortom Muhammadiyah di Kabupaten Sikka

Abstract

Paper ini bertujuan menganalisis keadilan gender pada amal usaha dan ortom Muhammadiyah di Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sikka. Dasar artikel ini mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat keadilan gender pada amal usaha dan ortom Muhammadiyah di kabupaten Sikka. Analisis Paper menghasilkan 2 hal penting pada pola keadilan gender dinilai cukup dalam memberikan kesempatan pada perempuan dan motivasi besar datang dari faktor pendukung yang memiliki sense of organisasi sangat kuat, anggota masih menerapkan ajaran pada surat An-Nahl, Ayat 97, dan organisasi berupaya besar dalam sistem rekrutmen tenaga yang proporsional. Analisis yang tampak adalah masalah. Hal tersebut menjadi Faktor penghambat, pada kinerja karena jumlah SDM kurang, budaya patriarki yang masih membumi, workshop tentang keadilan gender yang minim. Dampak dari masalah tersebut mengakibatkan eksistensi Muhammadiyah di kabupaten Sikka perlu mendapat suport dalam perkenalan pada kegiatan keadilan gender sehingga dapat dijadikan acuan bagi masyarakat adat, pemerintah, dan LSM yang bicara tentang gender di Sikka.[This paper aims to analyze gender justice in Muhammadiyah charities and orthoms in PDM Sikka. The basis of this article is to find out the supporting and inhibiting factors of gender justice in Muhammadiyah charities and orthoms in Sikka district. The paper analysis produces two essential things in the pattern of gender justice that is considered sufficient in providing opportunities for women, and incredible motivation comes from supporting factors that have a powerful sense of organization, members still apply the teachings of Surah An-Nahl, Paragraph 97. The organization makes great efforts in a proportional staff recruitment system. The visual analysis is a problem. This is an inhibiting factor on performance due to the lack of human resources, a patriarchal culture that is still down to earth, workshops on gender justice are minimal. The impact of this problem resulted in the existence of Muhammadiyah in the Sikka district that needed support in introducing gender justice activities so that it could be used as a reference for indigenous peoples, the government, and NGOs who talk about gender in Sikka.]