Jurnalisme Damai (Peace Journalism) dalam Kerukunan Antarumat Beragama (Analisis Framing Kompas.com terhadap Isu Rohingnya)

Abstract

Dalam perkembangannya, terdapat konsep jurnalisme gaya baru yang bersifat lebih mengutamakan upaya penyelesaian konflik. Konsep jurnalisme ini disebut dengan jurnalisme damai (peace journalism) yang diperkenalkan oleh Johan Galtung, seorang profesor Studi Perdamaian yang juga Direktur Transcend Peace and Development Network pada 1970-an. Jurnalisme ini adalah praktik jurnalistik yang bersandar pada pertanyaan kritis yang melihat pada entitas kemanusiaan suatu isu. Jurnalisme genre ini lebih fokus mencari perdamaian, resolusi, rekonstruksi dan rekonsiliasi dalam memandang konflik. Konflik Rohingya bisa saja meluas. Hal itu dapat didorong dengan isu-isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Bisa saja konflik di Myanmar tersebut dapat “menular” jika dibawa ke ranah SARA-dalam hal ini agama Islam dan Budha-, termasuk di Indonesia. Media massa memiliki peran signi# kan mempengaruhi masyarakat luas dalam memandang suatu konflik. Maka, dalam menyikapi isu konflik, diperlukan pembingkaian khusus oleh media massa. Genre jurnalisme damai diharapkan dapat membawa pesan damai. Bukan justru “mengompori” masyarakat dengan dalih persatuan/persaudaraan agama atau kelompok tertentu. Jika isu yang kemudian di-blow up oleh media sebagai pemicu konflik Rohingya adalah agama, maka konflik baru bisa jadi akan bertambah buruk atau bahkan meluas. Concern tulisan ini adalah untuk mengkaji bagaimana framing Kompas.com dalammemberitakan isu Rohingya menggunakan model analisis Murray Edelman. Dalam model analisis ini digunakan tiga instrumen penelitian yakni kategorisasi, rubrikasi, dan ideologi. Hasilnya, Kompas.com memiliki framing bahwa Rohingya dilihat sebagai tragedi/krisis kemanusiaan. Kompas.com sama sekali tidak melihat isu Rohingya sebagai konflik agama antara Islam dan Budha atau tidak ada kaitannya dengan isu agama. Kompas.com, berdasarkan analisis model diatas membingkai konflik Rohingya sebagai sebuah krisis kemanusiaan. Rohingya bukan hanya konflik antar agama. Namun, juga konflik yang harus diselesaikan bersama sebagai seorang manusia. Disinilah media massa dengan genre jurnalisme damai berperan penting dalam menjaga kerukunan antarumat beragama.[In its development, there is a new style of journalism concept that is more prioritized to resolve the conflict. The concept of journalism is called peace journalism, introduced by Johan Galtung, a professor of Peace Studies who was also the Director of the Transcend Peace and Development Network in the 1970s. This journalism is a journalistic practice relying on critical questions that look at the humanity entity of an issue. Journalism of this genre is more focused on seeking peace, resolution, reconstruction, and reconciliation in view of the conflict e Rohingya conflict can be widespread. It can be encouraged by the issues of tribe, religion, race, and interaction (SARA). It could be that the conflict in Myanmar can be “contagious” if brought to the realm of SARA - in this case, Islam and Buddhism - including in Indonesia. The mass media have a sign with a cant role in influencing society the general public in view of a conflict. Thus, in addressing the issue of conflict, special framing by the mass media is required. The genre of peaceful journalism is expected to bring a message of peace. Not just “provoke” the community under the pretext of unity/ brotherhood religion or a particular group. If the issue is then blow-up by the media as a trigger for Rohingya conflicts religion, then the new conflict may get worse or even wider. The concern of this paper is to examine how framing Kompas.com in reports Rohingya issue using analysis model Murray Edelman. In this analysis, the model used three research instruments, namely categorization, rubrication, and categorization and ideology. As a result, Kompas.com is framing the Rohingya seen as a tragedy or humanitarian crisis. Kompas.com does not see the Rohingya issue as a religious conflict between Islam and Buddhism or has nothing to do with religious issues. Kompas.com, based on the above model analysis framed the Rohingya conflict]