Pemuda dalam al-Qur’an dan Hadis
Abstract
Tulisan ini membahas tentang istilah yang digunakan dalam al-Qur’an dan hadis terkait dengan pemuda. Masalah pemuda memang menarik untuk dikaji karena mereka memiliki peran penting dalam membangun masyarakat, negara, dan peradaban. Peran pemuda sangat diharapkan untuk generasi sekarang dan generasi mendatang, tidak ada yang mengingkari hal ini karena sudah jelas. Tulisan ini tidak membahas masalah pemuda secara umum, tetapi hanya terfokus pada kata yang terkait dengannya. Dalam al-Qur’an ada dua kata yang digunakan, yaitu fatā dan fityah, baik dalam bentuk mufrad ataupun tas|niyah. Kedua kata ini ditujukan kepada tokoh-tokoh baik, seperti Nabi Ibrahim, murid Nabi Musa, para penghuni goa (ashāb al-kahfi), dan Nabi Yusuf. Sedangkan kata pemuda yang digunakan dalam hadis adalah syāb dan syabāb.Konteks penggunaan kedua kata ini berbeda-beda, termasuk juga dalam kajian alam akhirat, seperti pemuda yang akan dinaungi pada hari akhirat kelak. Dari segi kritik sanad dan matan hadis, ditemukan ada satu hadis bermasalah yaitu hadis terkait dengan nikah pemuda. Masalah nikahmemang bukan terkait halal-haram tetapi karena hadis itu berasal dari Nabi maka perlu diteliti. Kritik sanad dan matan hadis memang hal yang urgen dalam kajian hadis, baik dari masa lalu ataupun masa sekarang.[This paper discusses the terms used in the Qur'an and hadiths related to youth. The problem of youth is indeed interesting to study because they have an important role in building society, state and civilization. The role of youth is expected for present and future generations, no one can deny this because it is clear. This paper does not discuss youth issues in general, but only focuses on the words related to them. In the Koran, two words are used, namely fatā and fityah, either in the form of mufrad or tas | niyah. These two words are addressed to good figures, such as the Prophet Ibrahim, the disciples of the Prophet Musa, the inhabitants of the cave (ashāb al-kahfi), and the Prophet Yusuf. Meanwhile, the word youth used in the hadith is syāb and shabāb. The context for the use of these two words is different, including in the study of the afterlife, such as youths who will be shaded in the afterlife. In terms of the criticism of sanad and hadith observations, it is found that there is one problematic hadith, namely the hadith related to youth marriage. The problem of marriage is not related to halal-haram but because the hadith comes from the Prophet, it needs to be examined. The criticism of sanad and matan hadith is indeed an urgent matter in the study of hadith, both from the past or the present.]