Tema Cinta Beda Suku, Adat, Ras, Dan Agama Dalam Film Tanda Tanya (2011) Sebagai Wacana Pemersatu Bangsa

Abstract

Penelitian ini mengurai keterkaitan tema Cinta Beda Suku Adat, Ras, dan Agama (SARA) (CBS) dalam film Tanda Tanya (2011) dengan penekanan pada fenomena perbedaan SARA sebagai salah satu fakta yang berpotensi melahirkan konflik horisontal. Dengan menerapkan teori hegemoni Gramsci dan Critical Discourse Analysis(CDA) van Dijk, penelitian ini mengungkap upaya negosiasi ideologi film ini pada masyarakat Indonesia melalui wacana yang diangkat melalui tema Cinta Beda SARA (CBS). Penelitian menggunakan metode diskriptif kualitatif. Hasil Analisa dari penelitian ini menemukan bahwa melalui tema CBS, film Tanda Tanya (2011) karya Hanung Bramantyo menegosiasikan ideologi humanisme kepada pemirsanya (masyarakat Indonesia). Ideologi humanisme yang diangkat dalam film  ini memantik elemen kekerabatan ideologi humanisme masyarakat Indonesia yang mampu menekan elemen kekerabatan ideologi-ideologi yang berhubungan dengan SARA, kekerabatan ideologi-ideologi yang berpotensi melahirkan konflikk horisontal dalam kondisi demografi Indonesia yang terdiri dari banyak suku, adat, ras, dan agama. Pendek kata, wacana CBS film Tanda Tanya (2011) karya Hanung Bramantyo ini memiliki potensi mempengaruhi masyarakat untuk meminimalisir konflik horisontal yang disebabkan isu SARA di kondisi demografi Indonesia. Dari sini dapat ditarik pesan bahwa film Tanda Tanya (2011) karya Hanung Bramantyo ini berpotensi menjadi salah satu wahana wacana pemersatu bangsa.[This research aims to analyze the connection between Love in Diversities of Tribe, Custom, Race, and Religion (TCRR) (LiDTCRR) Tanda Tanya film (2011) with the diversities of TCRR as Indonesia’s demography phenomenon which is potentially lead to the horizontal conflict. By conducting Gramsci’s hegemony theory in hand with Critical Discourse Analysis (CDA) van Dijk, this research reveals the ideology negotiation efforts of this film to Indonesian society through discourse that picks LiDTCRR as the main theme. This research used the descriptive qualitative method. This research shows that through the LiDTCRR theme, Tanda Tanya (2011) by Hanung Bramantyo negotiates humanism to its audience. Humanisme in this film ignites the humanism kinship element that has the capability to hold down the kinship element of the other ideologies that strongly correlated with TCRR, kinship element of ideologies that potentially leads to horizontal conflict in Indonesia. In short, the LiDTCRR theme on Tanda Tanya (2011) by Hanung Bramantyo has the capability to minimize horizontal conflict that is caused by TCRR issues. This research concludes that Tanda Tanya (2011) by Hanung Bramantyo has potential to become one of the nation’s unifying discourse stallion horses.]