Hadis Imāmah Jibrīl Perspektif Astronomis
Abstract
Hadis Imāmah Jibrīl merupakan hadis yang paling lengkap dan banyak dipakai sebagai dasar penentuan waktu salat oleh ulama fikih. Di dalamnya, Jibrīl datang kepada Rasul dan menunjukkan waktu salat dalam dua hari yang berbeda. Jika tidak dilihat dari perspektif astronomis, secara redaksional, hadis ini mengandung ambiguitas. Di hari pertama Jibrīl menunjuk untuk mengerjakan waktu salat Zuhur ketika panjang bayangan telah sama dengan bendanya, sementara di hari yang kedua, justeru salat Asar yang dikerjakan di waktu itu. Makalah ini menganalisis hadis Imāmah Jibrīl itu dari perspektif Astronomi agar tidak menimbulkan kesan ambigu. Pembacaan astronomis terhadap Imāmah Jibrīl dalam makalah ini menunjukkan bahwa hadis ini telah terkonfirmasi oleh teori-teori astronomis. Artinya, hadis ini telah mempertimbangkan pergerakan kemiringan semu matahari (dalam ilmu falak disebut sebagai deklinasi) yang memberi pengaruh kepada perbedaan panjang bayangan ketika Zuhur dan Asar dalam satu tahun. Pembacaan ini membuktikan Jibrīl sebagai pembawa wahyu Tuhan, sejak lebih dari seribu dua ratus tahun yang lalu, telah menerapkan teori yang kemudian dirumuskan dan dikembangkan di abad modern ini. Dengan kata lain, makalah ini juga membuktikan bahwa hadis sebagai salah satu sumber ajaran Islam, akan senantiasa relevan di tempat manapun dan kapanpun juga