AGAMA DAN ALIENASI MANUSIA (REFLEKSI ATAS KRITIK KARL MARX TERHADAPAGAMA)

Abstract

Karl Marx’s objection to religion, as other scholars’, should not be faced defensively and apologetically. A wise attitude is needed because a criticism can be used as a self-criticism towards our formal model of religiosity. By understanding Karl Marx’s social context, his criticism toward religion can be interpreted as his dissonance on a model of religion at his time, which is dominantly used as a means of power. The existence of religion didn’t improve the quality of humanity, but it was manipulated give an ethical legitimation to explore and exploit poor and marginal society. Religion alienated human beings from themselves and their social reality, which resulted in systemic social sins. Karl Marx’s criticism can be considered as a step to reconstruct a humanistic theology, which is able to freed and emancipate human being from any shackle.   Gugatan Karl Marx terhadap agama, seperti halnya kritik tokoh-tokoh pemikir lain, tidak perlu dihadapi secara defensif apologetik. Sikap yang bijaksana perlu dikedepankan, karena kritik bisa dijadikan otokritik atas kekurangan model keberagamaan kita yang bersifat formal. Dengan memahami konteks sosial Karl Marx, kritiknya terhadap agama dapat dipahami sebagai kegelisahannya atas model keberagamaan yang dominan saat itu yang justru menjadi alat kekuasaan. Eksistensi agama bukannya meningkatkan kualitas kemanusiaan, tapi justru dimanipulasi untuk memberikan legitimasi etis untuk mengeksploitasi dan menindas masyarakat miskin dan marginal. Agama mengalienasikan manusia dari diri dan realitas sosial, sehingga dosa sosial dapat terjadi secara sistemik. Kritik Marx di atas bisa dijadikan pijakan untuk merekonstruksi teologi yang humanis yang mampu membebaskan dan mengemansipasi manusia dari segala belenggu.