Tasawuf dan Akulturasi Budaya (Telaah Tasawuf dalam Perspektif Culture and Education)

Abstract

Kecenderungan terhadap spiritualitas Islam dalam hal ini tasawuf, baik yang terikat secara formal dalam konteks tarekat misalnya, maupun yang non-formal, masih akan terus berlangsung, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan. Apalagi ketika masyarakat sudah mulai merasa jenuh dengan kehidupan hedonistis di satu sisi, ataupun kehampaan dan kegersangan hati dari ketergantungan kepada yang transenden menjadikan keperluan terhadap dunia spiritual menjadi semakin kuat. Di negara berkembang seperti Indonesia, yang di dalamnya bermacam-macam agama yang dianutnya, kehidupan spiritualitas dalam masing-masing agama tersebut mendapat tempat di masingmasing pemeluknya. Sebagai negara yang mempunyai bermacam-macam budaya, bahasa dan adat istiadat, keragaman ini juga hidup dan diakui keberadaannya. Agama (Islam) sebagai suatu pedoman yang diciptakan Allah, disebut sebagai agama wahyu; sementara yang bukan dari wahyu dapat disebut sebagai budaya. Budaya adalah sesuatu yang diciptakan akal budi manusia berdasarkan akal dan fikirannya melalui upaya-upaya yang kreatif dan imajinatif, kemudian dapat berkembang menjadi peradaban (sivilisasi). Peradaban dan interpretasi agama selalu berkembang dari waktu ke waktu, dan manusia pantas menghormati keduanya. Secara normatif agama dan budaya telah mengawal dan membimbing manusia, walaupun begitu perubahan global di seluruh negara menjadikan keberadaan dan status mereka bergeser dan mendapat tantangan baru. Agama, terutama Islam telah menetapkan ajaran-ajarannya yang universal, hal ini dikarenakan selain bahwa ia adalah agama wahyu, Islam dibawa oleh Nabi terakhir yaitu Muhammad SAW. Islam menghargai dan menerima perbedaan-perbedaan, dan karena ia sebagai “rahmatan lil ‘alamin” tentu ajarannya dapat menawarkan nilai-nilai yang dapat memecahkan masalah-masalah global secara umum, dan masalah-masalah Muslim pada khususnya. Tampaknya tiap insan akan menghadapi tantangan global, termasuk insan beragama. Islam yang mengajarkan persamaan dan kesetaraan, keadilan, penghargaan dan toleransi mendapat tantangan yang besar di era kontemporer saat ini, tentu diperlukan sikap bijak dalam menghadapi tantangan yang makin kompleks.