Krisis Asia, Kapitalisme dan Negara Kesejahteraan (Tinjauan Analisis Kapitalisme Korea Selatan)

Abstract

Krisis keuangan Asia dimulai pada tahun 1997 dengan ditandai jatuhnya nilai mata uang Thailand (Bath), pada awalnya krisis mata uang kemudian diikuti dengan krisis keuangan pada lembaga-lembaga keuangan non bank yang harus ditutup karena bangkrut. Krisis ekonomi tersebut diikuti dan menjalar ke Korea Selatan, Malaysia, Indonesia, Filipina, Singapura dan negara-negara Asia lainnya. Lembaga-lembaga Internasional bereaksi membantu krisis Asia yang pada awalnya The International Monetary Fund (IMF) setelah diminta bantuan oleh negara-negara Asia memberikan bantuan. Banyak analisis yang diberikan para pakar keuangan, ekonomi dan politik, salah satunya adalah Weiss dan Hobson yang bersangkutan menganalisis bahwa krisis ekonomi Asia penampakan Dua Wajah yakni; wajah eksternal yang berada di wilayah Deep Crisis dan wajah external berada di wilayah ordinary crysis, sedangkan krisis tersebut terjadi dari peran aktor-aktor internasional baik state maupun non state actor. Pendekatan kebijakan sosial yang diterapkan melakukan langkah-langkah welfare state, dengan program-program kesejahteraan yang dijalankan oleh Korea Selatan meliputi reformasi dibidang tenaga kerja, pasar dan keuangan, BUMN dan kebijakan sosial yang aktif untuk memberikan jaminan sosial bagi pengangguran atau bagi mereka yang menjadi miskin di masa reformasi ekonomi nasional. Weiss dan Hobson menyimpulkan bahwa kapitalisme terpimpin (state guided capitalism) merupakan salah satu penyebab terjadinya krisis Asia.