Teologi Kontekstual Pelaksanaan Jalan Hadat Perkawinan Dayak Ngaju di Gereja Kalimantan Evangelis (GKE)

Abstract

The encounter between Christianity and Dayak culture since its inception has created a controversy. The main problem is the difficult to separate between religion and culture. The customs indeed have a close relationship with the religious structure of the Dayak people. Their live and mind follow the customs, traditions, and the provisions that have been inherited from their ancestors. Apparently, the Gereja Kalimantan Evangelis (GKE)/The Kalimantan Evangelical Church face this problem in dealing with the practice of marriage in the Ngaju Dayak culture. Some groups regard the cultural practice as a sin against the teachings of Christianity, while others consider that it is acceptable in the Christian faith. This article finds that contextual theology allows GKE accommodate Dayak customary practice in the context of the theology of Christianity. Wedding custom of Dayak people of Ngaju has rooted from their tradition but the meaning behind the process refers to the Christian values. [Pertemuan antara Kristen dan Dayak budaya sejak awal telah menciptakan kontroversi. Masalah utama adalah sulitnya memisahkan antara agama dan budaya. Kebiasaan memang memiliki hubungan dekat dengan struktur keagamaan masyarakat Dayak. Mereka hidup dan pikiran mengikuti adat istiadat, tradisi, dan ketentuan yang telah diwarisi dari nenek moyang mereka. Rupanya, Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) menghadapi masalah ini dalam menangani praktik pernikahan dalam budaya Dayak Ngaju. Beberapa kelompok menganggap praktik budaya sebagai dosa terhadap ajaran Kristen, sementara yang lain menganggap bahwa hal itu dapat diterima dalam iman Kristen. Artikel ini menemukan bahwa teologi kontekstual memungkinkan GKE mengakomodasi praktik adat Dayak dalam konteks teologi Kristen. Kebiasaan pernikahan orang Dayak Ngaju telah berakar dari tradisi mereka tetapi makna di balik proses mengacu pada nilai-nilai Kristen