IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN ALAT UKUR BERPIKIR KRITIS PADA KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA UNTUK SISWA SMA
Abstract
<p><em>T</em><em>ujuan utama dari pendidikan sains adalah menyiapkan siswa memahami konsep dan meningkatkan keterampilan berpikirnya.</em><em> P</em><em>endidikan sains harus banyak berbuat untuk mengembangkan cara berpikir tingkat tinggi yang salah satunya adalah berpikir kritis. </em><em> </em><em>Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengembangkan berpikir kritis, diperlukan suatu alat evaluasi yang dapat mengukur kemampuan tersebut. </em><em>Rumusan masalah dalam </em><em>penelitian ini</em><em> adalah</em><em> </em><em>bagaimana hasil implementasi pengembangan alat </em><em>ukur </em><em>keterampilan berpikir </em><em>kritis </em><em>pada konsep kesetimbangan kimia di SMA? Tujuan umum dari</em><em> penelitian ini adalah </em><em>mengkaji hasil implementasi peng</em><em>embang</em><em>an</em><em> alat ukur berpikir kritis </em><em>pada konsep kesetimbangan kimia </em><em>untuk siswa SMA</em><em>.Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah ”Research and Development (R&D)” dari model Borg (1989). Lokasi penelitian di SMA yang berada di wilayah kabupaten Kuningan (daerah pegunungan), Kota Cirebon (daerah pantai), dan Kabupaten Majalengka (daerah pertanian). </em><em>Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA</em><em> kelas</em><em> II</em><em> IPA</em><em> yang ditentukan secara random</em><em> berjumlah 96 orang</em><em> </em><em>(Cirebon), 90 orang (Kuningan) dan 106 orang (Majalengka). </em><em>Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa butir-butir soal tes pilihan ganda.</em><em> T</em><em>eknik pengumpulan data dilakukan melalui tes tertulis. </em><em>Data kuantitatif berupa data </em><em>skor penguasaan keterampilan berpikir kritis</em><em> siswa diolah secara statistik. </em><em>Perbedaan k</em><em>emampuan berpikir kritis siswa SMA di masing-masing Kabupaten/ Kota dilakukam uji statistik dengan menggunakan uji</em><em> LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep kesetimbangan kimia sekolah peringkat atas di Cirebon lebih baik dibandingkan dengan siswa yang berasal dari sekolah sedang dan bawah dan kemampuan berpikir kritis siswa sekolah peringkat menengah di Majalengka lebih baik dibandingkan dengan siswa yang berasal dari sekolah sedang dan tinggi.</em><em> </em><em>Secara keseluruhan kemampuan berpikir kritis siswa yang berasal dari wilayah Cirebon lebih baik dibandingkan dengan siswa yang berasal dari wilayah Kuningan dan Majalengka pada konsep kesetimbangan kimia</em></p><p><strong> </strong></p><p><strong>Kata Kunci</strong> : Pengembangan alat ukur, Berpikir Kritis</p>